PT Holcim Indonesia Tbk mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 2,37% pada tahun 2016 jika dibandingkan periode tahun sebelumnya sebagai hasil dari integrasi dengan PT Lafarge Cement Indonesia pada awal tahun 2016 lalu.
Presiden Direktur Holcim Indonesia Gary Schutz mengatakan persaingan pasar yang semakin ketat ditambah lesunya permintaan telah memberikan tekanan pada harga jual yang berdampak pada penurunan laba kotor sebesar -9.77% atau Rp1,9 milyar. Selain itu, perusahaan masih menanggung beban utang untuk akuisisi PT Lafarge Cement Indonesia dengan nilai transaksi sebesar Rp2 triliun.
"Secara umum, pasar tidak mengalami pertumbuhan yang berarti atau jauh dari 5% yang diproyeksikan ASI. Perlambatan realisasi proyek-proyek infrastruktur, sentimen negatif sektor swasta, dan belum terlihatnya dampak positif dari hasil tax amnesty yang akan membantu akselerasi pembangunan, menjadi faktor-faktor kendala investasi," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (2/4/2017).
Gary Schutz mengatakan Holcim mencatatkan peningkatan volume penjualan yang lebih baik dibandingkan tahun 2015, yaitu 10,53% untuk semen dan klinker termasuk ekspor, yang disokong dari penjualan yang sangat baik di bagian utara Sumatera dan kontribusi unit bisnis beton dan agregat yang juga mengalami peningkatan penjualan masing-masing 1,54% dan 17%.
"Perusahaan melakukan beberapa inisiatif untuk mencapai efisiensi dan menekan biaya dari sisi produksi, distribusi dan keuangan, serta meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif untuk mengatasi kenaikan biaya perton semen yang diproduksi," ujarnya.
Ia mengatakan Holcim meluncurkan serangkaian produk dan peningkatan layanan sepanjang tahun 2016 seperti ThruCrete dan ApexCrete, sambil terus meningkatkan kinerja SpeedCrete dengan beragam proyek di DKI Jakarta dan kini mulai merambah Jawa Timur.
"Namun semua inisiatif ini belum cukup menutupi penurunan harga jual semen yang drastis di pasar. Kelebihan pasokan semen di Indonesia yang mencapai 102 juta ton per tahun yang diwarnai dengan lesunya permintaan pasar, memberikan dampak signifikan pada kinerja perusahaan pada tahun 2016," sebutnya.
Ditambahkan, kebijakan pemerintah sangat diharapkan untuk dapat memulihkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan, serta memberikan stimulan bagi industri bahan bangunan dan konstruksi dalam bentuk realisasi proyek-proyek infrastruktur dan perumahan untuk penyerapan kapasitas yang efektif dalam jangka panjang.
"Industri bahan bangunan dan konstruksi masih akan mengalami banyak tekanan karena perlambatan perekonomian yang mempengaruhi daya beli pelanggan. Karena itu, peran pemerintah sangat diharapkan dalam menciptakan iklim bisnis yang semakin kondusif akan sangat membantu," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement