Warta Ekonomi, Makassar -
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Nursam Salam mengungkapkan serapan tenaga kerja untuk usaha non-pertanian terbilang cukup besar. Merujuk hasil sensus ekonomi 2016, jumlah tenaga kerja non-pertanian di Sulsel menembus 2,12 juta orang. Mereka bekerja pada 936.294 usaha/perusahaan non-pertanian yang tersebar di 24 kabupaten/kota.?
Nursam menyatakan serapan tenaga kerja terbesar berasal dari lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi serta perawatan mobil dan sepeda motor. Tercatat 832.930 tenaga kerja yang terserap dari 525.425 usaha. "Satu di antara tiga tenaga kerja pada usaha non-pertanian berasal dari sektor tersebut," kata Nursam, seusai merilis hasil sensus ekonomi 2016 di Hotel Clarion Makassar.
Menurut Nursam, hasil sensus ekonomi terbaru membuktikan bahwa aktivitas ekonomi Sulsel memang masih didominasi sektor perdagangan. Kebanyakan masyarakat lebih condong menjadi pedagang. Hal tersebut juga terlihat dari semakin menjamurnya usaha perdagangan, meski masih didominasi Usaha Mikro Kecil (UKM). "Selain sektor pertanian, ya harus diakui sektor perdagangan masih menjadi andalan," tuturnya.
Selain perdagangan, Nursam mengimbuhkan lapangan usaha lain yang juga cukup diminati adalah industri pengolahan. Serapan tenaga kerja di sektor tersebut cukup besar, meski jumlah usahanya masih minim. Di Sulsel, terdata 133.395 usaha industri pengolahan yang mampu menyerap 323.989 tenaga kerja. Namun, lagi-lagi kebanyakan masih berskala mikro dan kecil dengan persentase mencapai 99,39 persen.?
Nursam menyatakan serapan tenaga kerja terendah dicatatkan lapangan usaha pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin. Terdata hanya 9.012 pekerja pada 1.609 usaha pada sektor tersebut. "Dari 2,12 juta pekerja non-pertanian di Sulsel, hanya 0,42 persen yang berkecimpung di sektor itu. Itu karena modalnya besar sehingga kebanyakan UMB (Usaha Menengah Besar) yang mendominasi," terang dia.
Masih merujuk hasil sensus ekonomi, Nursam menjelaskan usaha non-pertaniain di Sulsel didominasi oleh UMK ketimbang UMB. Proporsi UMK menembus 98,61 persen atau 923.257 usaha. Adapun Usaha Menengah Besar (UMB) hanya tercatat 13.037 usaha atau 1,39 persen. Bila ditinjau dari sebaran pertumbuhan usaha berdasarkan kewilayahan, baik UMK maupun UMB paling besar bertumbuh di Makassar, Maros, Sungguminasa (Gowa) dan Takalar (Mamminasata).?
Adapun Sensus ekonomi 2016, Nursam menjelaskan merupakan kali keempat sejak pertama dirilis pada 1986. Sensus ekonomi dilaksanakan setiap 10 tahun untuk memotret secara aktual mengenai kondisi ekonomi di seluruh lapangan usaha di luar lapangan usaha pertanian. Listing alias pendaftaran usaha/perusahaan dari sensus ekonomi digelar pada Mei-Juni 2016.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement