Bahana Sekuritas menilai bahwa Indonesia yang meraih peringkat layak investasi atau "investment grade" dapat dijadikan momentum yang tepat bagi investor untuk mengoleksi obligasi.
"Indonesia ke 'investment grade', arus modal asing langsung menyerbu Indonesia karena investor menilai fundamental dan tingkat risiko fiskal Indonesia sudah membaik," kata Ekonom Bahana Sekuritas Fakhrul Fulvian di Jakarta, Rabu (7/6/2017).
Dengan kenaikan peringkat itu, lanjut dia, dalam waktu tak lama lagi, yield obligasi dengan tenor 10 tahun bakal turun ke kisaran 6,5 persen, dari yang saat ini masih tercatat sekitar 6,9 persen.
"Tentunya para investor tak mau ketinggalan momentum itu, sebelum yield turun lebih lanjut. Apalagi, inflasi terus diupayakan turun, yang otomatis akan mempengaruhi imbal hasil yang bisa dinikmati para investor," katanya.
Akhir Mei lalu, ia meyampaikan bahwa inflasi tercatat sebesar 4,33 persen secara tahunan, sedikit naik dibandingkan April karena adanya faktor musiman menjelang bulan puasa dan Lebaran. Namun angka tersebut masih dalam target Bank Indonesia untuk sepanjang tahun ini sekitar 3-5 persen.
"Secara struktural sudah banyak perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah bahkan juga untuk jangka panjang," kata Fakhrul Fulvian.
Hal itu, menurut dia, terlihat dari terus turunnya tren inflasi jangka panjang Indonesia disokong oleh berhentinya faktor kejut dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan perbaikan kondisi logistik di Indonesia. Pada tahun 2020, Bank Indonesia juga telah menargetkan inflasi untuk berada pada level 3 plus minus 1 persen.?
"Indonesia tadinya dikenal dengan negara yang mencatat inflasi tinggi dengan suku bunga acuan 'double digit' di awal tahun 2000-an, secara perlahan dan pasti berupaya menurunkan inflasi hingga 'single digit' dan serta merta diikuti dengan penurunan suku bunga acuan," katanya. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement