Rhenald Kasal Paparkan Fenomena Distruption di Kampus UP
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali dalam kuliah umum yang dilakukan di Universitas Pertamina, Senin (12/6) mengatakan, fenomena distruption revolusi yang terjadi saat ini telah masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat.
"Perubahan tersebut dimotori oleh perkembangan teknologi informasi. Kini masyarakat berada dalam gelombang ketiga perubahan yang dipengaruhi terutama oleh teknologi informasi," ujarnya di Jakarta.
Menurunya, gelombang pertama revolusi tersebut terjadi sekitar tahun 1990-an. "Gelombang tersebut dikenal dengan istilah connectivity, dalam periode ini internet baru saja lahir." tambahnya.
Gelombang berikutnya yaitu terjadi pada awal abad 21, tambahnya, dimana ketika masyarakat mulai berpikir untuk mengisi keterhubungan tersebut. Ditandai dengan munculnya berbagai media sosial. Akhirnya, gelombang ketiga yang sedang terjadi saat ini: disruption.
"Sekarang kita masuk gelombang ketiga. Itu memindahkan dunia yang sebenarnya ke dalam dunia yang tidak kelihatan," tutur Founder Rumah Perubahan.
Rhenald menegaskan, dalam gelombang disruption ini, masyarakat tengah menutup sebuah zaman. Bukan akhir zaman sebagaimana diramalkan oleh banyak orang, melainkan hanya mengakhiri sebuah zaman dan memulai zaman yang baru.
"Sebuah zaman yang menjadi tantangan besar bagi para perusahaan incumbent besar bereputasi yang selama ini berdiri kokoh," imbuhnya.
Menurut dirinya, kompetitor yang ada saat ini adalah kompetitor yang tak kelihatan. Misalnya perusahaan-perusahaan taksi yang memiliki kompetitor taksi online yang tak memiliki gambaran fisik taksi sebagaimana lazimnya. Begitu juga dengan aplikasi online ojek yang mendistrupsi ojek konvensional.
"Jika usahawan, regulator dan politisi sering mengabaikan apalagi tidak paham perkembangan teknologi, maka dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan perekonomian Indonesia. Padahal, kini dunia tengah berada dalam era disrupsi," katanya.
Ia berharap, dalam gelombang disrupsi ini, orang-orang yang terperangkap dalam tradisi akan merasa cemas dan gugup dalam menghadapi perkembangan dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Vicky Fadil
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement