Otto Warmbier, mahasiswa AS yang dilepaskan dalam sebuah koma minggu lalu setelah hampir 18 bulan ditahan di Korea Utara, meninggal pada hari Senin (19/7/2017), Presiden Donald Trump mengutuk tindakan tersebut dari "rezim brutal" di Pyongyang.
Pria berusia 22 tahun itu dievakuasi secara medis ke Amerika Serikat pada hari Selasa pekan lalu, menderita kerusakan otak yang parah. Dia meninggal enam hari kemudian yang diiringi oleh kerabat di kota asalnya Cincinnati, Ohio.
"Penyiksaan yang mengerikan diterima putra kami di tangan orang-orang Korea Utara, itu memastikan bahwa tidak ada hasil lain yang mungkin terjadi," ungkap keluarga tersebut dalam sebuah pernyataan mengumumkan kematian Otto, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, di Jakarta, Selasa (20/6/2017).
Pemuda tersebut sedang dalam perjalanan wisata ketika dia ditangkap dan dijatuhi hukuman pada bulan Maret tahun lalu sampai 15 tahun kerja keras karena mencuri poster politik dari sebuah hotel di Korea Utara, sebuah hukuman yang Amerika Serikat lihat jauh dan tidak sesuai dengan dugaan kejahatannya.
Trump mengecam Pyongyang menyusul berita kematiannya, sembari menyuarakan rasa berduka yang mendalam kepada keluarganya.
"Ini adalah rezim yang brutal. Hal buruk terjadi tapi setidaknya kita membawanya pulang ke orang tuanya." ujarnya saat menghadiri acara di Gedung Putih, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, di Jakarta, Selasa (20/6/2017).
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Trump berkata, "Nasib Otto memperdalam tekad pemerintah untuk mencegah tragedi semacam itu menimpa orang-orang yang tidak bersalah di tangan rezim yang tidak menghormati peraturan hukum atau asas-asas kemanusiaan," ujarnya.
"Amerika Serikat sekali lagi mengutuk kebrutalan rezim Korea Utara saat kami berduka cita atas meninggalnya korban," Dokter minggu lalu mengungkapkan bahwa Otto telah menderita luka neurologis parah, dan menggambarkannya sebagai keadaan "tidak responsif", membuka matanya dan berkedip, namun tidak menunjukkan tanda-tanda akan pemahaman bahasa atau menyadari sekelilingnya.
Keluarganya mengatakan pada hari Senin ketika dia pertama kali merasa sedih saat pertama kali tiba di rumah, namun meninggal dengan "damai."
Rezim Kim Jong-Un mengatakan bahwa Warmbier mengalami koma setelah dia dijatuhi hukuman tahun lalu, mengklaim bahwa mahasiswi tersebut telah mengalami botulisme dan diberi pil tidur.
Tes medis yang dilakukan minggu lalu di Amerika Serikat tidak memberikan bukti konklusif mengenai penyebab cedera neurologisnya, dan tidak ada bukti adanya infeksi botulisme sebelumnya. Dokter dari Warmbier mengatakan bahwa dia menderita kehilangan jaringan yang parah di semua wilayah otaknya, namun tidak menunjukkan tanda-tanda trauma fisik.
Mereka mengatakan bahwa cedera otak parah Warmbier kemungkinan besar, mengingat usia mudanya, disebabkan oleh penangkapan kardiopulmoner yang memotong suplai darah ke otak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement