Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Juni 2017, Daya Beli Petani Sulsel Naik 0,13 Persen

Juni 2017, Daya Beli Petani Sulsel Naik 0,13 Persen Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Daya beli petani di Sulsel mengalami kenaikan tipis sebesar 0,13 persen menjadi 100,54 pada Juni 2017. Kenaikan tersebut melanjutkan tren positif pada Mei yang melonjak 0,3 persen. Sebelumnya, rentang Januari-April, Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel yang mengindikasikan daya beli petani sempat anjlok.?
"Dalam dua bulan terakhir, NTP Sulsel terus meningkat. Terakhir, NTP pada Juni 2017 kembali naik meski tipis dari 100,41 menjadi 100,54. Itu artinya ada kenaikan 0,13 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Nursam Salam, di Makassar, Senin, (3/7/2017).
NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang harus dibayarkan petani. NTP memang menjadi salah satu indikator melihat tingkat daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif makin kuat pula tingkat daya beli petani.
Menurut Nursam, kesimpulan data penurunan NTP Sulsel pada Juni 2017 merujuk pada hasil pemantauan harga-harga pedesaan. Kenaikan NTP terjadi disebabkan indeks yang diterima petani terbilang tinggi mencapai 0,83 persen. Di sisi lain, indeks yang dibayar petani berkisar 0,70 persen. Selisih dari angka itulah yang menunjukkan daya beli petani di Sulsel.
Nursam memaparkan kenaikan tipis NTP Sulsel pada Juni dipengaruhi meningkatnya NTP pada empat dari lima subsektor. "Kenaikan terbesar terjadi pada subsektor tanaman hortikultura mencapai 0,82 persen. Adapun satu-satunya subsektor yang mengalami penurunan adalah tanaman pangan sebesar 0,27 persen," jelas dia.
Subsektor hortikultura yang tumbuh signifikan, Nursam menyebut sangat dipengaruhi kenaikan pada sub-kelompok sayur-sayuran yang mencapai 2,14 persen. Adapun subsektor tanaman pangan, sambung dia, mengalami penurunan lantaran indeks yang dibayar petani membengkak.?
"Pemicunya adalah naiknya indeks konsumsi rumah tangga serta biaya produksi dan penambahan barang modal," tandas Nursam.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: