Bank Indonesia (BI) mencatat temuan uang palsu di Sulawesi Selatan?pada Juni 2017 sebanyak 211 lembar. Jumlah itu meningkat dibandingkan periode Mei 2017 sebanyak 163 lembar. Peningkatan temuan uang palsu tidak berarti kejahatan tersebut semakin marak. Malah, banyaknya temuan uang palsu mengindikasikan pemahaman masyarakat terkait keaslian rupiah semakin bagus dari waktu ke waktu.
"Temuan uang palsu pada Juni 2017 memang sedikit meningkat dibandingkan bulan lalu (Mei 2017). Itu tidak berarti pemalsuan uang marak, tapi menunjukkan bahwa masyarakat dan perbankan semakin paham, peduli, dan sadar untuk melaporkan ke BI jika menemukan uang palsu atau meragukan keaslian uang yang diterima," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulsel Bambang Kusmiarso di Makassar, Jumat (21/7/2017).
Semakin bagusnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait ciri keaslian rupiah seiring dengan massifnya sosialisasi dan kegiatan kas keliling yang dilakukan BI. Bambang menegaskan kegiatan tersebut akan terus digalakkan dengan menyasar seluruh komponen masyarakat, mulai dari jajaran pemerintahan, aparat keamanan, akademikus, hingga pelajar. BI juga telah melakukan sosialisasi rupiah ke kalangan difabel.
"BI akan terus menggalakkan sosialisasi ciri-ciri keaslian rupiah kepada berbagai lapisan masyarakat di banyak daerah. Harapannya agar pemahaman masyarakat tentang rupiah asli semakin meningkat. Dengan begitu, peredaran uang palsu akan menurun," terang Bambang.
Berdasarkan catatan BI, tercatat 2.288 lembar uang palsu yang ditemukan di Sulsel sepanjang 2016. Kebanyakan ditemukan di Kota Makassar dengan porsi mencapai 90 persen. Disusul Parepare (5,9 persen), Bone (2,5 persen), Pinrang (1,14 persen), Bulukumba (0,08 persen), dan lainnya.
Kepala Polda Sulsel Irjen Muktiono sebelumnya mengungkapkan peredaran uang palsu merupakan ancaman dan kejahatan serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Karena itu, pihaknya senantiasa menjalin koordinasi dengan BI terkait pemberantasan uang palsu. Kepolisian juga siap membantu BI dalam mensosialisasikan ciri keaslian rupiah. Terlebih, otoritas monoter Indonesia tersebut baru saja mengeluarkan rupiah baru emisi tahun 2016.
Muktiono juga meminta peran media untuk membantu menyosialisasikan ciri keaslian rupiah dan memberantas uang palsu. Salah satu caranya adalah dengan memberikan edukasi bahwa temuan uang palsu tidak ada nilainya sehingga tidak perlu dituliskan nominalnya.
"Cukup jumlah lembarannya saja. Lalu soal rupiah emisi baru, kita bersama-sama mesti menyosialisasikan agar semua masyarakat tahu dan tak tergiring isu sesat, seperti logo mirip palu arit dan lain-lain," pungkas dia.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement