Pejabat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun El Tari Kupang mengimbau masyarakat di Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur untuk mewaspadai titik-titik api yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lingkungan pada musim kemarau ini.
Hasil pengamatan dan foto satelit BMKG stasiun El Tari Kupang menunjukkan adanya titik-titik api di Pulau sumba bagian Timur sehingga perlu diwaspadai dan segera mencari solusi pencegahan dan penanganan sejak dini," ujar Kepala BMKG Stasiun El Tari Kupang, Bambang Setiajid di Kupang, Sabtu (30/7/2017).
Dirinya mengatakan hal itu terkait munculnya titik api yang menandakan adanya kebakaran hutan walaupun skalanya masih kecil dan upaya setiap kabupaten menyiapkan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan dan penanganan kebakaran hutan.
Menurut Bambang, hasil pengamatan dan analisis hasil foto dari satelit yang ada menunjukkan adanya titik api di lokasi Peberiwai Kangaungu, Eti, Lewatidahu Kabupaten Sumba Timur. Berikut katanya titik api di lokasi Umbu ratu Ngggay dan Mamboro Kabupaten Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur berpotensi terjadi kebakaran, meskipun peluangnya kecil, karena saat ini musim kemarau belum mencapai puncak.
"Iya ada titik-titik api pada lokasi-lokasi itu, namun peluangnya kecil, karena di NTT belum mencapai puncak musim kering dengan suhu udara tinggi sebagai pemicunya," ujarnya.
Hal ini katanya berbeda dengan sebagian wilayah Indonesia di pulau Sumatera (Aceh, Sumut, Riau, Jambi) dan juga Kalimantan sudah muncul titik api yang menandakan adanya kebakaran hutan walaupun skalanya masih kecil.
Sehingga, kepada pihak kabupaten terkait di NTT menyiapkan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan dan penanganan kebakaran hutan, termasuk bagaimana melakukan antisipasi apabila benar-benar terjadi kebakaran hutan dengan melibatkan masyarakat dan perusahaan swasta yang menjaga areal kehutanan.
Pada titik inilah katanya dibutuhkan pemahaman bersama dalam upaya mengamankan dan melestarikan hutan di seluruh kawasan dalam wilayah kepulauan ini.
"Pemahaman bersama ini penting dilakukan untuk mencegah kerusakan hutan di wilayah kepulauan ini yang telah mencapai 15.163,65 ha, dari potensi hutan dan lahan seluas 2.109.496,76 ha," ujar Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Andreas Jehalu, pada kesempatan terpisah.
"Banyak sekali aktivitas manusia untuk kepentingan ekonomi, sosial dan budaya yang bersinggungan dengan hutan dan membuat hutan yang cukup luas di NTT terancam dan bahkan sudah sampai tahap rusak," ujarnya.
Dirinya juga mengingatkan luas wilayah daratan di Nusa Tenggara Timur mencapai 47.349,9 km persegi. Dari total tersebut hutan dalam kawasan hutan mencapai 661.680,74 ha dan di luar kawasan hutan seluas 1.447.816,02 ha. Hutan yang begitu luas ini membutuhkan perhatian serius seluruh komponen di NTT, karena apabila hutan lestari dan aman, masyarakat akan sehat dan sejahtera. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Advertisement