Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Komentar Boris Johnson Terkait Krisis di Venezuela...

Ini Komentar Boris Johnson Terkait Krisis di Venezuela... Kredit Foto: Reuters/Toby Melville
Warta Ekonomi, Jakarta -

Boris Johnson menuding presiden Venezuela berperilaku seperti "diktator di sebuah rezim jahat" setelah dua pemimpin oposisi terkemuka negara itu ditangkap dari rumah mereka pada malam hari oleh agen keamanan negara.

Sekretaris Luar Negeri Inggris itu meningkatkan komentar pedasnya terhadap Nicolas Maduro karena dirinya telah menumpas musuh-musuhnya setelah mendapat suara yang diperdebatkan secara luas karena memberi kekuasaan kepada partai sosialisnya yang hampir tidak terbatas.

Karena kekhawatiran akan kerusuhan dan ketidakstabilan sipil di negara tersebut tumbuh pada hari Selasa, Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan telah menarik keluarga staf kedutaannya dan menginstruksikan warga Inggris bahwa mereka harus mempertimbangkan untuk pergi dari wilayah Venezuela.

Dewan Pemilihan Nasional Amerika Selatan telah mengatakan bahwa lebih dari delapan juta orang memberikan suaranya kepada pemerintah Maduro dengan majelis konstitusional, namun jumlah pemilih dipermasalahkan oleh lawan politik. Kerabat dan sekutu dari dua tokoh oposisi terkemuka di negara itu, Leopoldo Lopez dan mantan walikota Caracas Antonio Ledezma, melaporkan di media sosial bahwa mereka telah ditahan oleh negara tersebut.

Keduanya baru saja memposting video online untuk mengkritik keputusan Maduro karena mengadakan pemungutan suara untuk sebuah majelis konstitusional dengan kekuatan untuk merombak sistem politik negara tersebut.

Johnson men-tweet: "Maduro bertindak seperti diktator rezim jahat dan telah menghancurkan ekonomi Venezuela, mengikis hak asasi manusia dan memenjarakan ribuan orang," tulisnya, sebagaimana dikutip dari laman The Independent, di Jakarta, Rabu (3/8/2017)

Di postingan lainnya, dirinya menambahkan "Ratusan orang telah meninggal saat demonstrasi menentang tindakan Maduro. Tahanan politik harus dilepaskan, hak, kebebasan, demokrasi harus dihormati," tambahnya.


Maduro menyerukan pemilihan majelis konstitusional pada bulan Mei setelah satu bulan upaya demonstrasi menentang pemerintahannya, yang telah menandakan turunnya Venezuela dalam krisis yang destruktif selama empat tahun berkuasa. Menurunnya harga minyak dan meluasnya korupsi telah membuat negara yang sebelumnya makmur sekarang malah berjuang mengatasi kekurangan pangan dan obat-obatan.

Pemenang di antara 5.500 kandidat partai berkuasa yang mencalonkan 545 kursi di dewan penyusun baru Maduro akan memiliki tugas untuk menulis ulang konstitusi negara tersebut dan akan memiliki kekuasaan di atas dan di luar institusi negara lainnya, termasuk kongres yang dikuasai oposisi. Amerika Serikat telah bereaksi terhadap pemilihan tersebut dengan menjatuhkan sanksi finansial kepada Maduro, penasihat keamanan nasional pemerintahan Donald Trump, H R McMaster, yang juga digambarkan sebagai "seorang diktator" oleh pemerintahan Maduro.

Namun presiden Venezuela tetap menentang, bersikeras pada sebuah acara televisi nasional bahwa sanksi tersebut "tidak mengintimidasi saya sama sekali", dirinya menambahkan: "Saya tidak mendengarkan perintah dari imperium, tidak sekarang atau selamanya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: