Warta Ekonomi, Makassar -
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2017 diyakini hanya bersifat musiman. Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi Sulsel akan bertumbuh signifikan pada triwulan mendatang. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan ini tercatat hanya 6,63 persen, jauh lebih rendah dibandingkan capaian pada triwulan II-2016 sebesar 8,02 persen atau triwulan I-2017 sebesar 7,52 persen.
"Ekonomi Sulsel triwulan III 2017 diperkirakan kembali meningkat, bahkan bisa tumbuh lebih tinggi. Itu sejalan dengan pola realisasi anggaran pemerintah yang lebih tinggi serta masih cukup tingginya permintaan global dan dukungan cuaca yang lebih baik," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulsel, Bambang Kusmiarso, Selasa, kemarin.
Bambang mengungkapkan ada beberapa faktor pendukung pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan mendatang. Di antaranya yakni adanya pencairan gaji ke-13 dan pola pengeluaran pemerintah yang cenderung meningkat. Di sisi lain, sambung dia, kegiatan produksi pertambangan dan manufaktur diproyeksikan mengalami peningkatan. Hal tersebut seiring dengan cukup tingginya permintaan global.
"Peningkatan aktivitas manufaktur dan pertambangan itu sendiri akan diimbangi dengan penyaluran listrik dan gas. Tentunya itu akan meningkatkan pertumbuhan lapangan usaha listrik dan gas," papar Bambang.
Faktor pendukung lainnya, Bambang menyebut kondisi cuaca pada triwulan III diperkirakan lebih 'bersahabat'. Kondisi tersebut diyakini mendorong lapangan usaha pertanian untuk tumbuh lebih tinggi. "Oleh karena itu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III 2017 berada pada kisaran 7,3 persen hingga 7,7 persen," ucap Bambang.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Didik Nursetyohadi, sebelumnya mengungkapkan perlambatan pertumbuhan ekonomi daerahnya dipengaruhi berbagai faktor atas rentetan peristiwa sepanjang triwulan II tahun ini. Terlepas dari itu, pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan ini sebenarnya tidaklah begitu buruk. Pasalnya, pertumbuhannya masih di atas angka nasional.
Berbagai peristiwa yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel, menurut Didik yakni konsumsi pemerintah yang sedikit menurun dalam komponen pengeluaran. Realisasi APBN tercatat baru 38,32 persen. Realisasi belanja pegawai pada triwulan ini juga disebutnya masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. "Tidak bersamaannya gaji 13 dan THR adalah salah satu penyebabnya," tutur dia.
Kendala lain dalam komponen pengeluaran, Didik mengungkapkan adanya perlambatan ekspor luar negeri sebesar 7,78 persen. Meski terjadi peningkatan ekspor nikel, sambung dia, ternyata nilainya tidak signifikan hanya berkisar 1,44 persen. Di sisi lain, sejumlah komoditas unggulan Sulsel, seperti kakao, biji-bijian berminyak, ikan, udang, kayu dan barang dari kayu, malah mengalami penurunan drastis.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement