Polisi Kenya tembakan timah panas kepada para pendemo, Sabtu (12/8/2017). Peristiwa tersebut?menewaskan?sedikitnya 11 orang. Menurut pejabat setempat, aksi pemberontakan tersebut ditenggarai oleh terpilihnya Presiden Uhuru Kenyatta.
Kemarahan itu terjadi di Kisumu, kota di bagian barat Kenya, dan daerah kumuh, kemudian merembet ke Nairobi, ibu kota Kenya. Sembilan jasad anak muda, yang ditembak dan menemui ajal pada Jumat malam di daerah kumuh Mathare, Nairobi, dibawa ke tempat penyimpanan mayat di kota, kata perwira keamanan kepada Reuters. Para pria itu dibunuh dalam gerakan penumpasan penjarahan oleh polisi, tambah pejabat tersebut.
Secara terpisah, seorang gadis di Mathare tewas setelah polisi melepaskan "tembakan sporadis", kata seorang saksi. Kawasan di sekitar kota itu setia kepada pemimpin oposisi Raila Odinga, 72, yang partainya menolak hasil pemungutan suara pada Selasa.
Seorang pewarta Reuters di Kisumu, pusat kekerasan etnis pascapemilihan satu dekade lalu malaporkan polisi melancarkan tembakan-tembakan dengan peluru tajam dan gas air mata. Satu pria tewas, kata seorang pejabat pemerintah. Dalam kekerasan satu dekade lalu 1.200 orang meninggal di seantero negeri itu.
Kerusuhan tersebut pecah beberapa saat setelah komisi pemilihan Kenya mengumumkan Jumat malam bahwa Kenyatta, 55, unggul dalam pemungutan suara dan dengan demikian akan memimpin Kenya untuk periode lima tahun kedua kendati oposisi menuduh bahwa pemilihan itu penuh kecurangan.
Menteri Dalam Negeri Fred Matiang'i mengatakan pihak berwenang berhasil mengatasi kerusuhan sehingga tidak meluas dan menyalahkan "unsur-unsur kriminal" berada di belakang aksi-aksi protes dan tak melakukan protes politik yang sah.
Koalisi NASA Odinga tak memberikan bukti atas penolakan terhadap hasil pemungutan suara itu. Kelompok pemantau utama Kenya, ELOG, mengatakan pada Sabtu penghitungan suaranya sesuai dengan hasil resmi, menapikan dugaan-dugaan NASA tentang adanya penipuan.
Terkait dengan kematian pemerotes, rumah sakit utama Kisumu merawat empat orang yang luka-luka kena tembak dan enam orang yang dipukul polisi Kenya.
Moses Odour, 28, yang sedang berada di rumahnya di distrik miskin Obunga ketika polisi merazia rumah-rumah, menariknya keluar kamar tidur dan memukulinya dengan tongkat.
"Ia tidak melawan. Ia diselamatkan oleh saudara perempuan saya, yang tinggal dekat dia. Saudara saya keluar rumah dan berteriak ke polisi, bertanya mengapa mereka memukuli orang-orang," kata Charles Ochieng, saudaranya, yang berbicara atas nama Oduor. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Advertisement