Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pelindo IV: Konektivitas Tekan Disparitas Harga di Indonesia Timur

Pelindo IV: Konektivitas Tekan Disparitas Harga di Indonesia Timur Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV, Doso Agung, mengungkapkan pihaknya terus menggenjot upaya membangun konektivitas untuk menekan disparitas harga di Indonesia Timur. Konektivitas yang dibangun melalui direct call dan direct export diklaimnya telah membuahkan hasil manis. Doso menyebut sejumlah harga komoditas di Indonesia Timur mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Langkah Pelindo IV membangun konektivitas melalui direct call sendiri telah dilakukan sejak 5 Desember 2015. Menyusul direct export dari beberapa pelabuhan besar di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Di antaranya yakni Pelabuhan Pantoloan di Palu dan Pelabuhan Jayapura di Papua yang bisa langsung mengirim barang/produk ekspor ke luar negeri via Makassar.
?Upaya itu kami (Pelindo IV) lakukan untuk meningkatkan konektivitas domestik dan menekan disparitas harga yang sebelumnya begitu tinggi antara barat dan timur Indonesia,? ujar Doso, Senin, (14/8/2017).
Menurut Doso, konektivitas sangat erat hubungannya dengan pengendalian harga komoditas di Indonesia Timur. Musababnya, terbangunnya konektivitas via laut, otomatis membuat suplai sejumlah komoditas ke Indonesia Timur lebih terbuka. Alhasil, disparitas harga antara timur dan barat perlahan menyusut, disusul dengan harga barang di tingkat konsumen yang juga menurun. "Muaranya yakni menggairahkan kembali daya beli masyarakat," ujar bos Pelindo IV.
Dari data Pelindo IV, untuk harga semen di Wamena, Papua, yang semula Rp500 ribu per sak, kini bisa dinikmati konsumen dengan harga Rp300 ribu per sak atau mengalami penurunan harga sebesar 40 persen. Begitu juga dengan harga beras di Sorong yang semula Rp13 ribu per kilogram, kini tinggal Rp10.500 per kilogram atau turun harga sebesar 20 persen.
Doso menuturkan berbagai upaya membangun konektivitas tersebut telah dilaporkan kepada Menteri BUMN, Rini Soemarno; Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan. Ketiga menteri tersebut diklaimnya memberikan apresiasi dan dukungan untuk melanjutkan program pro-rakyat tersebut.
?Semua upaya itu merupakan bagian dari BUMN Hadir untuk Negeri yaitu direct call dan direct export untuk pelayaran internasional serta konektivitas domestik untuk menekan disparitas harga,? tegas Doso.
Lebih jauh, Doso menyatakan direct call dan direct export juga membuka peluang bagi daerah di Indonesia Timur untuk menambah pendapatan daerah. Kawasan Timur Indonesia diketahui kaya komoditas unggulan yang selama ini diminati negara asing. Namun, negara asing hanya mengetahui komoditas itu berasal dari Surabaya atau Jakarta lantaran pengirimannya melalui Tanjung Perak atau Tanjung Priok.?
"Tapi sejak Desember 2015, produk unggulan dari Indonesia Timur sudah bisa dikirim langsung ke luar negeri via Makassar. Tentunya itu bisa menambah pendapatan daerah dari berbagai biaya yang ditimbulkan," ujar Doso.
Diakui Doso, mulanya pengiriman langsung ke luar negeri via Makassar dianggap sebagian orang sebagai hal yang mustahil. ?Namun akhirnya, Pelindo IV bisa membuktikan bahwa semua itu bisa dilakukan."
Guna memastikan konektivitas terus berjalan seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, Doso mengajak para kepala daerah di Indonesia Timur untuk ambil bagian. Caranya dengan mengumpulkan komoditas unggulan masing-masing daerah untuk kemudian dikirim langsung ke luar negeri.
Dicontohkan Doso, untuk Makassar, terdapat sederet komoditas unggulan yang laris manis di luar negeri. Di antaranya yakni rumput laut, udang, ikan beku, plywood, biji mete, cokelat, dan lain-lain (kurang lebih ada 50 komoditas). Adapun negara tujuannya meliputi China, Jepang, Korea, Filipina dan Thailand.
Kemudian dari Palu, Doso menyebut ada kelapa, dengan negara tujuan ekspor ke Haiko, China dan Thailand. Dari Sorong dan Jayapura ada kayu merbau, dengan negara tujuan ekspor ke China, Jepang dan Korea.
Dari Samarinda, sambung Doso, ada playwood dengan negara tujuan ekspor ke Korea dan Jepang. Dari Bitung ada ikan, dengan negara tujuan ekspor ke China, Jepang dan Korea. Sedangkan dari Maluku ada rempah-rempah, ikan, udang dan rumput laut, dengan negara tujuan ekspor ke China, Jepang dan Korea.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: