Warta Ekonomi, Makassar -
Setelah sukses melakukan ekspor langsung alias direct export dari empat pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), PT Pelindo IV kembali melepas ekspor langsung perdana dari Pelabuhan Sorong, Selasa, 15 Agustus. Adapun empat pelabuhan di Indonesia Timur yang terlebih dulu melakukan ekspor langsung berada di Pantoloan, Jayapura, Bitung dan Balikpapan.?
Direktur Utama PT Pelindo IV, Doso Agung, mengatakan dalam ekspor langsung perdana tersebut, CV. Sorong Timber Irian (Alco Timber Group) mengirim sebanyak 30 TEUs berisi komoditas unggulan berupa kayu merbau ke Shanghai, China, melalui Pelabuhan Makassar.
?Ini adalah pelepasan ekspor langsung kelima dari KTI yang dilakukan Pelindo IV. Sebelumnya, kami sudah melakukan ekspor langsung dari empat pelabuhan lainnya, yaitu Pelabuhan Pantoloan di Palu, Pelabuhan Jayapura di Papua, Pelabuhan Bitung di Sulut dan Pelabuhan Balikpapan di Kalimantan Timur,? kata Doso, dalam siaran persnya, kepada Warta Ekonomi di Makassar, beberapa waktu lalu.
Dari Pelabuhan Sorong, komoditas unggulan kayu merbau yang memang banyak diincar konsumen di China dikirim menggunakan perusahaan pelayaran lokal, PT Salam Pacific Indonesia Lines atau yang lebih dikenal dengan PT SPIL.
Selain pejabat Pelindo IV, turut melepas ekspor langsung perdana tersebut juga Gubernur Provinsi Papua Barat, Dominggus Mandacan. Kegiatan itu juga dihadiri beberapa pejabat setempat antara lain, Wali Kota Sorong, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sorong, Natanael, KSOP Kelas I Sorong, Bea Cukai Sorong, Karantina Sorong, Kapolres Sorong Kota, Kapolres Sorong PT SPIL dan Direktur CV. Sorong Timber Irian (Alco Timber Group), Henoch Budi Setiawan.
Komoditas Kayu Merbau
Komoditas kayu merbau memang berasal dari wilayah timur Indonesia, utamanya di Papua. Sebelum ada direct call dan ekspor langsung, komoditas tersebut diketahui para importir di luar negeri berasal dari Surabaya karena titik pengirimannya dari Pelabuhan Tanjung Perak.
Namun, sejak Pelindo IV membuka ?pintu? direct call dan menggagas ekspor langsung melalui Pelabuhan Makassar, rerata komoditas unggulan di KTI mulai dikirim langsung ke luar negeri dari beberapa pelabuhan kelolaan Pelindo IV melalui Pelabuhan Makassar, menggunakan perusahaan pelayaran global asal Hongkong, SITC.
Kayu merbau sendiri telah menjadi salah satu primadona ekspor hasil hutan Indonesia saat ini. Volume ekspor kayu merbau terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan akan flooring, decking, maupun doorjamb.
Kayu merbau banyak tumbuh di wilayah Papua. Jenis kayu ini mudah dikenal karena tekstur seratnya yang berwarna merah kecokelatan dan banyak digunakan untuk panelling, lantai parket, pintu dan jendela. Kayu jenis ini masuk kategori kayu keras dan dengan tekstur yang dimilikinya, membuat Kayu Merbau menjadi sebuah simbol ekslusifitas dalam interior.
Menurut Ketua Indonesia Sawmill and Wood Working Association/Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (ISWA) Papua, Daniel Gerde, permintaan kayu merbau untuk konsumsi luar negeri selalu tinggi.
Pengusaha asal Papua ini mengungkapkan para pengusaha yang tergabung dalam ISWA Papua bisa mengirim ratusan kontainer dalam sebulan. Permintaan terbanyak berasal dari China, Korea, Taiwan dan beberapa negara lainnya. Dibandingkan dalam negeri lanjutnya, permintaan luar negeri yang paling banyak.
Daniel menyebut rerata pengimpor kayu merbau di luar negeri menjadikan komoditas ini sebagai bahan untuk meubel, utamanya untuk lantai berbahan kayu. ?Kalau di sini (dalam negeri)orang kebanyakan menggunakan keramik sebagai lantai. Tetapi di luar negeri, mereka kebanyakan memakai kayu sebagai lantai dan rerata memilih menggunakan kayu merbau karena lebih kuat.?
Dia juga menuturkan sebenarnya potensi kehutanan, perkebunan, pertambangan, perikanan dan kelautan di Provinsi Papua masih cukup besar. Khusus komoditas kayu merbau saja, populasinya masih sampai 100 tahun lagi. Jenis kayu yang disenangi di banyak negara ini cukup populer dan banyak tumbuh di provinsi paling timur di Indonesia ini.?
?Hampir semua hutan di daratan Papua ada tanaman kayu merbau dan saat ini belum sampai 5% dari potensi yang ada, yang sudah dikelola. Bayangkan saja bagaimana besarnya potensi alam yang ada di Papua,? ujarnya.
Hanya saja lanjut dia, persoalan yang sering menjadi kendala terbesar di Papua adalah masalah infrastruktur yang belum bisa terkoneksi secara keseluruhan, sehingga para pengusaha di Papua masih memilah-milah mana yang menjadi prioritas untuk dikerjakan atau dijadikan komoditas unggulan untuk diekspor.
Meski begitu, dirinya dan pengusaha kayu merbau lainnya di Papua patut berbangga karena kayu yang dikirim 90% sudah diolah di 16 pabrik pengolahan kayu merbau yang ada di wilayah tersebut. Alhasil, begitu tiba di negara tujuan tinggal digunakan saja. ?Kegiatan ekspor kami (ISWA Papua) akan lancar-lancar saja, selama pabrik siap beroperasi dan modal juga selalu mendukung,? tutup dia.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Advertisement