Akhir-akhir ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana bersinergi dengan pihak swasta.
Pengamat BUMN dan sekaligus Direktur Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan hal tersebut merupakan hal yang sangat tepat. Terlebih beberapa proyek insfrastruktur yang memang sedang difokuskan dan dikebut oleh pemerintah tidak bisa dikerjakan sendiri lewat BUMN.
?Sinergi BUMN dan swasta tepat saja, terutama dalam pembangunan infrastruktur karena besarnya dana yang dibutuhkan. Tidak mungkin pendanaan hanya mengandalkan pemerintah dan BUMN, tidak akan cukup. Sehingga kontribusi swasta dalam hal ini bisa berdampak positif," ujar Toto saat dihubungi Warta Ekonomi.
Lanjut Toto, dia pun mencontohkan dalam pembangunan proyek Light Rail Transit, yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit.
?Contoh dalam pembangunan LRT Jakarta-Bogor-Bekasi, nilai proyek hampir Rp30 triliun, Dana pemerintah dan BUMN maksimal hanya Rp10 triliun maka sisanya bisa dibantu swasta, baik dengan skema PINA (Pembiayaan Investasi Non-Anggaran) atau KPBU (Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha),? jelasnya.
Rencana sinergi antara perusahaan pelat merah dan swasta ini muncul di tengah-tengah banyaknya pihak yang menuding BUMN telah melakukan monopoli di berbagai proyek. Sebagai pengamat, dirinya menolak pandangan yang menyatakan peran BUMN dianggap memonopoli berbagai proyek nasional. Menurutnya bila proyek-proyek penting (strategis) tidak diambil alih, dirinya memprediksi proyek tersebut tidak akan selesai tepat waktu.
Seperti pembangunan Tol Trans Jawa yang sampai saat ini masih dalam proses penyelesaian, Jalan tol ini akan menyambungkan jalur dari Merak Banten sampai dengan Surabaya. Pembangunan tol tersebut digarap oleh BUMN sektor kontruksi. Namun beberapa pihak mengkritik bahwa BUMN terlalu menguasai proyek tersebut.
Padahal, sebelumnya beberapa ruas proyek Tol Trans Jawa ini ingin dirampungkan oleh beberapa perusahaan atau investor swasta. Namun pengerjaan tersebut terbilang lamban dan pada akhirnya Kementerian BUMN melalui sektor Kontruksi mengambil alih proyek tersebut. Yang dikarenakan Jalan Tol Trans Jawa ini merupakan salah satu Proyek strategis yang harus diselesaikan sebelum masa jabatan Presiden Joko Widodo berakhir.
?Soal tuduhan monopoli itu terlalu jauh. Justru sebagian yang dikerjakan BUMN di infrastruktur mengambil alih peran Swasta nasional yang mangkrak di proyek tersebut. Tujuan Pemerintah membesarkan BUMN, juga dalam rangka meningkatkan daya saing mereka, minimal di level regional. Sehingga menjadi kuat seperti BUMN China atau Khazanah Malaysia,? lanjutnya.
Untuk swasta, Toto melihat berbagai proyek masih begitu banyak. Terlebih BUMN Karya seperti Waskita Karya dan WIKA sudah membatasi diri dengan tidak mengambil proyek-proyek yang bernilai di bawah atau kurang dari Rp200 miliar.
?BUMN Karya seperti Waskita Karya dan WIKA, juga sudah membatasi diri mengambil proyek minimal seharga 200 milyar, jadi terbuka buat sektor swasta tetap bisa bekerja,? tegas Toto.
Sebelumnya Sinergi BUMN Institute juga mengatakan hal demikian, mereka mengatakan justru BUMN mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan nasional. Dalam pengerjaan proyek nasional BUMN tidak memonopoli dalam produksi semua komponen, peran serta swasta sangat terbuka untuk ikut dalam mengerjakan sebagian pekerjaan atas sebuah proyek nasional.
Inti dari tujuan Kementerian BUMN dalam melakukan sinergitas dengan Swasta lebih didorong karena perlunya pendanaan yang lebih kuat. Sehingga kerja sama dengan swasta tersebut menjadi salah satu alternative yang tepat.
Sementara menurut Toto sector yang paling siap untuk dilakukan kerja sama adalah infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, dan energi yang menurutnya dapat sebagai alternatif lomomotif baru pertumbuhan ekonomi. Selain beberapa yang disebutkan tadi, pengembangan Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata bisa juga dapat disinergikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Advertisement