Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Masassya mengatakan perseroan yang dipimpinnya akan melakukan digitalisasi di seluruh pelabuhan yang berada di bawah pengelolaannya agar menjadi digital port untuk mendukung menurunkan biaya logistik nasional.
Menurut Elvyn, dengan digitalisasi seluruh aktivitas di pelabuhan bisa dideteksi melalui sistem yang terintegrasi dan juga dapat memangkas biaya operasional sehingga keuangan perseroan dapat lebih efisien.
Menurutnya, sistem digitalisasi yang diterapkan di pelabuhannya juga untuk mewujudkan pelabuhan berkelas dunia. Dengan begitu, tentu saja Pelindo II mampu bersaing dengan adanya digitalisasi ini.
Pelindo II sendiri sampai dengan saat ini telah mengelola sebanyak 12 pelabuhan. Seperti Sunda Kelapa, Ciwandan Banten, Cirebon, Panjang Lampung, Palembang, Pulau Baai Bengkulu, Teluk Bayur Padang, Pangkal Balam, Tanjung Pandan, Talang Duku Jambi, Pontianak, dan pelabuhan terbesarnya, Tanjung Priok Jakarta. Elvyn melanjutkan, dari sejumlah pelabuhan tersebut baru Pelabuhan Ciwandan, Banten yang telah menjadi digital port.
Hal ini merupakan prioritas Pelindo di 2017. "Digitalisasi ini di pelabuhan menjadi keharusan agar bisa bersaing dengan pelabuhan kelas dunia. Digitalisasi menyeluruh mulai pelayanan kapal saat di laut, di terminal hingga jasa pendukung pelabuhan," ujar Elvyn G Masassya di Bandung, Selasa (24/10/2017).
Sementara itu, dana yang dibutuhkan perusahaan untuk menerapkan sistem ini sekitar Rp1 triliun, untuk menjadikan 11 pelabuhannya menjadi pelabuhan berbasis digital atau digital port.
Di seluruh pelabuhan rencananya akan dilakukan pengembangan infrastruktur, baik dari fisik bangunan, peralatan operasional, dan soft infrastruktur. Penerapan digital port menjadi prioritas Pelindo II di 2017 sehingga nantinya tidak ada lagi dokumen fisik dan semua sudah digital. Lalu, untuk transaksi keuangan pun demikian, tidak ada lagi transaksi tunai.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Advertisement