Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Raih Indonesia Most Powerful Company, Bos VIVA Ajarkan Mainnya

Raih Indonesia Most Powerful Company, Bos VIVA Ajarkan Mainnya Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) sabet penghargaan Indonesia Most Powerful Company 2017 dalam kategori Advertising, Printing, and Media yang digelar oleh Warta Ekonomi.

Penganugerahan itu diberikan kepada VIVA Group karena berhasil memberikan nilai tambah kepada ekonomi Indonesia.?

Direktur VIVA Group, Neil R Tobing mengatakan, tahun 2017 VIVA Group melaju dengan banyak perubahan, dimulai dari sisi programing, perubahan genre.?

"Itu yang paling penting. Kemudian yang paling penting adalah kita menjadi trendsetter." katanya usai menerima penghargaan di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (27/10/2017).

Selain itu, Neil memaparkan perjalanan menjadi transdsetter. Pertama, Tahun 2014 VIVA mulai dengan World Cup, lalu 2015 mulai dengan konten-konten India Mahabrata.?

"Itu langsung booming, boom nomor satu di jam tayangnya, itu diikuti sama tv-tv lain. Kemudian tahun lalu, kita mulai dengan kombinasi India dan Turki, itu semua diikuti oleh tv-tv competitor," ujarnya.

Neil menambahkan, Namanya program tv circlenya berputar, "Nah, tim programing kita dapat menentukan kapan program-program itu bisa direcyle lagi. terbukti ANTv sejak bulan Ramadhan sampe sekarang jadi nomor satu, RCTI nomor dua jauh jaraknya, Indosiar, SCTV yang nomor dua sekarang jadi nomor lima dan ANTv nomor satu, gak ada lagi. TV One? Nomor satu!," Tegasnya.

Lanjutnya, ini terbukti, Content is a king. "Selain kita jadi trendsetter, kita juga main di business digital karena kita beranggapan, content is a king, distribution Is a queen. Artinya apa? Program-program yang udah populer di tv kita buat lebih hype lagi," teranganya.

Jadi, ini berdasarkan data ya, Lanjut Naik, Sekitar 35-60% orang nonton tv bersamaan dengan orang liat gadget. "Kalo kita lihat dua-tiga tahun terakhir dan prediksi dua-tiga tahun ke depan market share televisi itu tidak akan turun, jadi tetap stable di angka 60-65%, estimasinya sampai tahun 2022." katanya lagi.

Berbeda dengan printing yang terus menurun, Kata Nail, Sekarang si pengiklan udah tahu beriklan di digital belum tentu efektif, "Orang kalo nonton tv, kalo dia liat iklan, namanya ibu-ibu sebagai penentu kebijakan di rumah tangga, dia langsung beli ke toko, tapi kalo dia liat di internet gitu, dia liat-liat dulu, mikirnya lama," ujatnya lagi.

Kedepan, VIVA Group akan mulai dengan sinetron yang lebih unik lagi. "Sinetron Jodoh Wasiat Bapak, ada Si Manis di Jembatan, itu menggunakan teori Flanking istilahnya, kalo orang main di A, kita main di B. Jadi kalo istilahnya di pengadilan itu kita menggunakan pembuktian terbalik," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Vicky Fadil
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: