Negara-negara di Asia umumnya memiliki budaya yang kental dan unik di masing-masing negara. Selain itu, peran bisnis keluarga masih sangat besar.
"Tidak ada aturan yang bisa one size fits all?untuk semua negara. Kita harus memberikan respect yang tinggi ke aturan budaya di masing-masing negara. Budaya merupakan local wisdom yang telah diturunkan secara turun-temurun dan memiliki nilai perilaku yang sangat tinggi," jelas Ketua Umum ASEAN Corporate Secretary Network (ACSN) Tan Wee Liang dalam jumpa pers 1st International Conference on Good Corporate Governance di Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Ketua Umum Chartered Secretaries Institute of Singapore (CSIS) ini mengatakan dunia memiliki kode etik good corporate ?governance (GCG) namun pelaksanaan di setiap negara bisa berbeda-beda.
"Jangankan kita bandingkan Asia dengan US atau Eropa. Antarsesama negara Asia pun tingkat pelaksanaan GCG bisa berbeda walaupun prinsip dasar GCG yang menjadi pegangan adalah sama. Tingkat penerapan GCG yang berbeda-beda di ASEAN ini harus menjadi tantangan bagi kita untuk bisa menyamakannya agar makin selaras sehingga makin memperkuat posisi ASEAN sebagai tujuan investasi,"?tambah Tan.
Wakil Ketua Umum ICSA Katharine Grace menjelaskan penerapan GCG merupakan suatu proses berkelanjutan yang tidak pernah berhenti mengikuti dinamika perkembangan bisnis itu sendiri.
"Tingkat disclosure di masing-masing negara dan masing-masing perusahaan itu berbeda-beda. Masih perlu dilakukan berbagai penyesuaian aturan agar pelaksanaan GCG menjadi efektif salah satunya adalah peningkatan peran dan kemampuan corporate secretary," jelasnya.
Dengan peran dan kemampuan corporate secretary yang mumpuni, imbuhnya, diharapkan tingkat pelaksanaan GCG akan semakin baik. Perusahaan perlu menyadari dan mendayagunakan secara optimal fungsi corporate secretary bukan hanya untuk implementasi GCG saja, namun juga untuk keberlanjutan (sustainability) dan pertumbuhan jangka panjang.
Perlu diakui bahwa saat ini kualitas dan standar corporate secretary sangatlah beragam sehingga ICSA juga memandang perlu untuk dilakukan standardisasi.
"Saat ini ICSA baru masuk ketahapan sosialisasi dan pelatihan dasar corporate secretary. Kami mengadakan pelatihan gratis rutin sebulan sekali bagi anggota, bekerja sama dengan OJK dan IDX. Pelatihan ini banyak membahas aturan-aturan pasar modal yang dikeluarkan OJK maupun IDX,"?jelas Ketua Umum ICSA Hardijanto.
Tahapan akhir, lanjutnya,masuk kesertifikasi corporate secretary. Sertifikasi ini bukan dimaksudkan untuk menambah birokrasi atau menyulitkan seseorang untuk menjadi corporate secretary, melainkan untuk memastikan seorang corporate secretary memahami tugas dan tanggung jawab secara menyeluruh.
Sertifikasi merupakan suatu proses untuk membantu ekualisasi pengetahuan corporate secretary dan mempersiapkan generasi penerus sehingga ada kontinuitas kualitas dan kesamaan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari tingkatan ke tingkatan di bawah corporate secretary.
Untuk mendapatkan update terkini mengenai best practice corporate secretary secara internasional, ICSA bergabung di dalam jaringan ASEAN Corporate Secretary Network (ACSN) dan Corporate Secretary International Associations (CSIA).
"Keikutsertaan di dalam jaringan internasional ini amat membantu ICSA untuk memahami best practice GCG sekaligus memperkuat peran ICSA di regional ASEAN dan Asia dalam upaya meningkatkan peringkat GCG Indonesia," jelasnya.
GCG bukanlah sekedar mengikuti aturan yang diberlakukan oleh otoritas pasar modal. Berbagai peraturan yang ditetapkan oleh otoritas pasar modal merupakan alat untuk mencapai perilaku pasar modal yang baik. "Governance adalah perilaku. Jadi, bukan sekedar hanya comply or explain," tegasnya.
Saat ini GCG merupakan kebutuhan dunia dalam menciptakan kondisi investasi yang aman dan nyaman. Dengan semakin berkembangnya teknologi digital dan cyber economy maka tingkat transparansi semakin meningkat.
"Generasi sekarang atau istilah kerennya now generation akan memiliki tingkat tuntutan transparansi yang tinggi. Dengan meningkatnya crowd sourcing, crowd funding, dan penggunaan artificial intelligence yang tinggi maka pelaksanaan GCG menjadi semakin signifikan. Ini merupakan tantangan kita bersama untuk membuat platform atau framework GCG yang tepat," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement