Warta Ekonomi, Makassar -
Bank Indonesia (BI) telah memetakan prospek dan tantangan perekonomian Sulsel pada 2018. Laju ekonomi pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia diproyeksikan terus membaik pada tahun depan. Namun, masih sulit untuk kembali mencatat tingkat pertumbuhan 8 persen. Laju ekonomi Sulsel diperkirakan tumbuh berkisar 7,0-7,4 persen, atau di atas perkiraan pertumbuhan nasional sebesar 5,1-5,5 persen.?
Kepala Kantor Perwakilan BI Sulsel, Bambang Kusmiarso, mengungkapkan strategi dan langkah jitu mesti dipersiapkan secara matang untuk memacu perekonomian Sulsel. Pihaknya merekomendasikan 8 langkah demi mewujudkan Sulsel sebagai pilar utama pembangunan nasional dan simpul jejaring akselerasi kesejahteraan kawasan di Indonesia.?
"Pertama, harus menjaga proses penyelesaian infrastruktur sesuai rencana sehingga dapat digunakan secara operasional. Lalu, kedua berupa strategi diversifikasi ekspor yang mengarah pada negara non mitra dagang utama. Hal itu diperlukan untuk memitigasi risiko perbaikan ekonomi global yang tidak seperti perkiraan semula," kata Bambang, Kamis, (14/12/2017).
Rekomendasi ketiga, Bambang menekankan pentingnya reformasi struktural melalui penguatan industri agribisnis. Pemerintah dianjurkan melakukan penyesuaian struktur ekonomi dari agrikultur (berbasis pertanian) menjadi industri berbasis sumber daya alam. Muaranya untuk mendorong akselerasi perekonomian menjadi lebih bernilai tambah sekaligus menggerus angka kemiskinan.
"Peningkatan nilai tambah hendaknya diarahkan pada komoditas unggulan Sulsel, seperti kakao, beras, kopi, hingga ikan dan udang," ucap Bambang.
Rekomendasi berikutnya, Bambang mengungkapkan pihaknya mendorong munculnya sumber pertumbuhan baru melalui jasa kesehatan, pendidikan, pariwisata, e-commerce, financial technologi alias fintech dan ekonomi kreatif.?
"Tidak kalah penting, mendorong penelitian, pengembangan, rehabilitasi tanaman komoditas unggul dan kemitraan di sektor hulu untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditi unggulan," papar Bambang.?
Strategi keenam, Bambang menyebut perlunya sinergi pemerintah dan swasta untuk mengurangi kesenjangan sekaligus meningkatkan kualitas SDM. Untuk itu, penting dilakukan pemetaan terkait kebutuhan spesifik atas permintaan tenaga kerja di setiap wilayah, baik kebutuhan hardskill maupun softkill.
"Rekomendasi ketujuh, perlunya paket kebijakan untuk lebih mendorong investasi," pungkas Bambang.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement