Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Susenas: Jumlah Penduduk Miskin di Banten Naik

Susenas: Jumlah Penduduk Miskin di Banten Naik Kredit Foto: Ferry Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jumlah penduduk miskin berdasarkan hasi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada September 2017 naik 0,14 poin dibandingkan semester sebelumnya dari 6,45 persen menjadi 5,59 persen.

"Kenaikan angka kemiskinan sebesar itu sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 24,79 ribu orang dari 675,04 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 699,83 ribu orang pada September 2017," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten, Agoes Soebeno di Serang, Jumat (12/1/2018).

Ia mengatakan penduduk miskin di perkotaan naik dari 4,52 persen menjadi 4,69 persen, sedangkan penduduk miskin di pedesaan naik dari 7,61 persen pada Maret 2017 menjadi 7,81 persen pada September 2017.

Jumlah penduduk miskin, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan juga mengalami peningkatan. Di perkotaan, bertambah 24,64 ribu orang (dari 391,03 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 415,67 ribu orang pada September 2017). Sementara itu, penduduk miskin di daerah pedesaan hanya bertambah sebanyak 160 orang (dari 284,00 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 284,16 ribu orang pada September 2017).

Soebeno mengatakan peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas nonmakanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2017, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan tercatat sebesar 70,92 persen sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar 70,47 persen.

"Lima komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging sapi, dan daging ayam ras. Lima komoditas makanan penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di pedesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, roti, dan mie instan. Sementara itu, komoditas nonmakanan penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan dan pedesaan adalah sama, yaitu biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi," kata Soebeno.

"Pada periode Maret sampai dengan September 2017, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan walaupun secara persentase dan jumlah penduduk miskin di Banten mengalami penambahan, rata-rata pengeluaran penduduk miskin justru semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin menyempit, katanya.

Selang periode Maret 2011 sampai September 2017, jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten cukup fluktuatif. Pada September 2013, jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan tertinggi sebesar 3,86 persen dibanding periode sebelumnya. Hal ini disebabkan inflasi umum yang relatif tinggi akibat kenaikan harga BBM pada bulan Juli 2013. Namun, pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu dari 677,51 ribu orang pada September 2013 menjadi 622,84 ribu orang.

Penduduk miskin di Provinsi Banten pada September 2014 bertambah 4,23 persen dibanding periode sebelumnya. Periode Maret 2015 jumlah penduduk miskin masih mengalami kenaikan sebesar 53,21 ribu orang. Pada periode-periode selanjutnya, penduduk miskin di Banten terus mengalami penurunan. Hingga September 2016, persentase penduduk miskin mencapai 5,36 persen atau berkurang sebanyak 370 orang.

Pada Maret 2017, penduduk miskin di Banten meningkat sebanyak 17,3 ribu orang dari periode sebelumnya. Kenaikan jumlah penduduk miskin kembali terjadi pada periode September 2017 yaitu dari 675,04 menjadi 699,83 atau terjadi penambahan sebanyak 24,79 ribu orang miskin.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: