Sejumlah pedagang beras premium di Pasar Tradisional Palembang mengeluh karena harga beras naik, bahkan mereka menyebut niat baik pemerintah untuk mengimbangi tingginya harga beras premium dipasaran, tidak berbanding lurus dengan apa yang dirasakan oleh pedagang beras premium.
Seperti yang dialami Rita (43), pedagang sembako di Pasar Tradisional Kuto Palembang, dirinya mengaku agak kesulitan menjual beras premium milik pemerintah.
"Harga beras saat ini Rp185 ribu per 20 kg dan di jual kembali seharga Rp187 ribu. Namun jika dijual eceran seharga Rp9.350 per kg. Untung eceran Rp100 per kg. Kalau dihitung dengan kamasan kantong plastik yang seharga Rp 00, bahkan tidak jarang ada yang minta 2 buah kantong plastik, sudah bisa dipastikan saya merugi Rp300 per kg," tandasnya.
Bahkan saat ini mengenai beras medium juga masih belum banyak diminati masyarakat, bahkan ada yang mengeluh tekstur beras medium pemerintah lebih keras, jika dibandingkan beras medium lainnya. Namun pedagang tak bisa berbuat banyak, karena mereka diwajibkan menjual beras medium milik pemerintah.
Sebelumnya pada minggu akhir pekan ini Inspektorat Jendral Kementrian Perdagangan RI, Sri Agustina memantau 2 Pasar Tradisional Palembang, yakni pasar KM 5 & Pasar Lemabang.
Menurut Sri, pendistribusian beras medium berjalan lancar dan mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. sedangkan untuk penetapan harga jual baik beras medium maupun premium juga sesuai yang diinginkan pemerintah.
"Dari hasil pantauan hari ini, harga jual beras premium juga masih bagus Rp12.500 rupiah per kg, masih berada di bawah HET (Harga Ecer Tertinggi), yakni Rp12.800 per kg," jelasnya.
Kepala Perum Bulog Divre Sumsel dan Babel, Bakhtiar AS menambahkan terkait harga beras naik tersebut, sudah melakukan operasi pasar (OP) di seluruh pasar-pasar di Sumsel, sejak akhir tahun lalu.
Hingga kini program tersebut tetap berjalan, dan hingga 31 Maret 2018, jika masih ada gejolak harga pihak tetap akan melanjutkan OP di Sumsel.
Terkait masalah harga beras naik di pasaran, dan kurang lakunya beras medium tersebut, berarti masyarakat masih memilih beras yang berkualitas baik (premium).
“Ya sebenarnya soal harga tergantung selera masyarakat," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irwan Wahyudi
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: