Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memprioritaskan pembangunan infrastruktur air bersih dan sanitasi untuk untuk mencegah terjadinya kembali wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua. Direktur Jenderal Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto, mengatakan ketersediaan infrastruktur perlu diikuti peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku hidup sehat.
"Yang mendesak adalah infrastruktur air minum dan sanitasi. Memang ada tingkat kemahalan di Papua, minimal tiga kali lipat dibandingkan dengan membangun ditempat lain, namun harus kita bangun," kata Arie.
Ia menjelaskan dalam sepekan ke depan akan mengkonsolidasikan pembangunan dan desain dilakukan oleh Balitbang PUPR. Kementerian PUPR menargetkan minggu depan mobilisasi peralatan sudah dilakukan. Ada pun Tim Kementerian PUPR sebelumnya pada 1-4 Februari 2018 telah mengunjungi enam dari 23 distrik di Kabupaten Asmat, yakni Agats, Atsj, Auyu, Pantai Kasuari, Der Koumur dan Fayit untuk mengetahui kondisi kondisi lapangan secara langsung.
Arie menjelaskan Kabupaten Asmat memiliki kondisi geografis sebagian besar merupakan tanah rawa pasang surut dan endapan sedimen rata-rata sekitar 200 meter sehingga sulit untuk mendapatkan air bersih.
"Di sana sulit dapat air, karena endapan sedimennya rata-rata 200 meter. Sumur bor ada tetapi airnya payau," kata Arie.
Di Distrik Agats sebagai ibukota Kabupaten Asmat, terdapat instalasi pengolahan air (IPA) dengan kapasitas 10 liter/detik. Kapasitas tersebut juga masih kurang karena hanya bisa memenuhi sepertiga penduduk Agats yang berjumlah sekitar 30 ribu jiwa dan air yang dihasilkan masih berwarna coklat.
Oleh karena itu, tahun ini Kementerian PUPR akan membangun IPA baru yang dilengkapi teknologi sehingga air yang dihasilkan tidak lagi berwarna cokelat. Untuk mengatasi kesulitan air bersih, Kementerian PUPR juga akan membuat penampungan air hujan yang bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
Curah hujan di Kabupaten Asmat terbilang tinggi dan menjadi sumber air bersih utama. Namun, tantangannya air hujan tersebut minim kandungan mineral. Oleh karenanya, perbaikan instalasi pengolahan air (IPA) seperti pipa bocor atau pompa yang rusak akan dilakukan. Kemudian penambahan pipa untuk memperluas layanan sesuai dengan kapasitas IPA, dan membangun IPA baru bagi daerah yang memiliki sumber air baku.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: