Harga jagung di tingkat petani di Sumatera Utara sejak Desember 2017 hingga saat ini anjlok dari Rp3.150 perkg menjadi Rp2.800 per kg. Kondisi ini sangat memprihatikan mengingat harga di pasaran justru lebih tinggi dari HPP yakni mencapai Rp3.500 per kg, meski itu agak turun dibanding sebelumnya lebih Rp4.000 per kg. Jadi harga tinggi di pasaran, tapi tidak menguntungkan petani.
Komisioner KPPU Kamser Lumbanraja, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Perwakilan Daerah (KPD) Medan Ramli Simanjuntak bersama Bupati Karo Terkelin Brahmana dan perwakilan petani Sapta Sibayang selaku Sekretaris Komunitas Petani Jagung Karo membahas anjloknya harga jagung dalam tiga bulan terakhir ini. Bahkan hadir jugs Kadis Pertanian Karo Sarjana Purba.
Komisioner KPPU Kamser Lumbanraja meminta agar jalur distribusi tertib dan memperpendek mata rantai distribusi. Selain itu petani juga jangan menjual komoditi bahan baku mentah, tapi diusahakan produksinya ada nilai tambahnya supaya petani juga mendapat nilai jual yang lebih tinggi.
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Perwakilan Daerah (KPD) Medan Ramli Simanjuntak mengatakan harga jagung di tingkat petani sangat rendah sehingga tak dapat lagi memenuhi biaya produksi dan biaya hidup petani. Kenapa rendah di tingkat petani, sementara di pasaran jauh lebih tinggi. Ini yang mau diteliti KPPU, termasuk bagaimana proses pembelian jagung oleh perusahaan. "Kenyataan di sana panjang jalur distribusinya," katanya, Kamis (22/2/2018).
Dikatakannya, jalur distribusi perdagangan jagung selama ini dari petani ke pedagang pengumpul, kontraktor, pedagang besar baru ke industri pakan ternak, peternak self mixing, industri maizena, makanan ringan dan sebagainya.
Menurut dia, KPPU mengundang Bupati Karo Terkelin Brahmana dan jajarannya juga petani jagung di Karo karena 30 persen kebutuhan jagung Sumut diperoleh dari Karo. "Ke depan, KPPU minta agar jalur distribusi dipotong supaya harga tinggi di tingkat petani dan tidak naik di pasaran sehingga keduanya sama-sama diuntungkan," kata Ramli.
Solusinya, kata Ramli, peran koperasi diberdayakan untuk membeli jagung petani dan langsung bermitra dengan perusahaan sehingga simpul-simpul di tengan jalur distribusi itu tak ada lagi. Ada komitmen bisnis antara koperasi petani dengan perusahaan. "Selama ini agen-agen di tengah jalur distribusi itu yang mengambil untung banyak," katanya.
Bupati Karo Terkelin Brahmana mengakui harga jagung di wilayahnya tidak stabil. "Saya senang adanya apresiasi dari KPPU untuk mencari solusi bagaimana harga jagung tidak anjlok di tingkat petani dan mahal di pasaran," kata Terkelin.
Meski sekarang sebagian lahan pertanian di Karo lagi dilanda erupsi gunung Sinabung, namun kita tetap perlu mencari solusi harga jagung supaya relatif stabil. Sebab ada lahan yang terkena dan ada pula yang tidak. "Kami juga akan kaji kemitraan kelompok tani dengan koperasi supaya bisa dibantu KPPU," katanya.
Kadis Pertanian Karo Sarjana Purba menambahkan untuk periode tanam Januari-April, luas tanaman jagung di Karo 43.385 hektar dengan produktivitas 68 kuintal per hektar atau produksi sekira 301.000 ton. Harga di tingkat petani Rp2.800 per kg, sedangkan harga di pabrik lebih Rp3.000 per kg. "Di tingkat penerimaan konsumen, ada perdagangan tidak sehat," Tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil