Nelayan Pantai Mekar, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi berharap pemimpin Jabar kelak memperhatikan para nelayan. Saat ini, masalah besar yang dihadapi nelayan adalah limbah yang menyebabkan ikan mati.
Hal itu diungkapkan Ketua Gabungan Kelompok Nelayan (Gapokyan), Nari mengungkapkan hal itu kepada Kandidat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil).
"Limbah industri menyebabkan ikan mati dan tambak ditinggal nelayan karena tidak ada hasilnya. Air tercemar, kotor, bau yang berasal dari limbah industri," kata Nari, Kamis (1/3/2018).
Menurut Nari, pihaknya sudah melaporkan masalah limbah ke pemerintah Kabupaten dan KLH. Namun sampai sekarang belum ada penanganannya. "Saya malah disuruh cari darimana asal limbah itu. Bagaimana saya mau nyari, caranya saja saya tidak tahu dan setiap hari saya sibuk cari ikan di laut," ujarnya.
Sejumlah nelayan di sana mengeluhkan soal abrasi yang sering terjadi karena tidak ada dam atau pemecah air. Selama ini, untuk menghindari abrasi, nelayan menanam mangrove. Tapi mangrove tak mampu menahan abrasi yang cukup kuat.
"Kami ingin pemimpin Jabar nanti, Pak Ridwan Kamil bisa membangun dam agar abrasi tidak terus terjadi," katanya
Dia juga mengungkapkan bahwa di desanya kesulitan air bersih. PAM jarang ke desanya. Selain itu, kali menuju laut yang tidak terlalu luas, sebaiknya dilebarkan atau dinormalisasi. Tujuannya, kata dia agar air dari Sungai Citarum bisa mendorong air laut hasil abrasi ke laut.
Adapun, Ketua Kelompok sadar wisata (Gapokdar), Ahmad Daryanto mengungkapkan, bahwa desa mereka sangat berpotensi menarik wisatawan. Karenanya mereka membangun ekowisata mangrove yang baru sekitar 100 meter dari target 650 meter.
"Untuk membangun ekowisata mangrove 100 meter menghabiskan 20 juta. Kami kekurangan dana untuk mengembangkan ekowisata tersebut," kata Ahmad.
Bila Kang Emil jadi Gubernur Jabar, kata Ahmad, warga desa nelayan minta agar Kang Emil bisa memperhatikan desa nelayan yang memiliki masalah yang sangat kompleks.
"Masalah yang dihadapi di desa kami, mulai dari masalah kesehatan, Penyakit banyak, sepertu penyakit kulit, koreng dan sebagainya dan hasil nelayan susah dijual mahal, " ujar Ahmad.
Menurut Ahmad dia pernah membuat gerakan ibu-ibu wirausaha, dengan mengolah ikan hasil tangkapan suaminya. "Sudah dikemas bagus tapi bingung soal penjualan," kata dia.
Menanggapi keluhan nelayan, Kang Emil menyatakan pihaknya sudah mencatat dan akan mencarikan solusinya. Menurut dia, solusi abrasi, maka laut harus di dam dan mangrove harus tetap dilestarikan.
"Soal limbah laut, biar pemerintah yang mencarikan solusinya. Nggak masuk akal kalau nelayan yang harus selidiki limbah," ujarnya.
Sementara itu terkait ekowisata, Kang Emil memperlihatkan gambar yang dibuatnya beberapa menit setelah menyusuri muara. "Saya berencana membangun eko wisata di sepanjang sungai, ada teras di sepanjang sungai yang jual makanan, suvenir, dan wisata mangrove," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: