Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan penambahan alokasi subsidi energi tidak akan memperlebar defisit anggaran.
Ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (7/3/2018), Darmin mengatakan penambahan anggaran untuk subsidi energi harus dilihat dari sisi harga minyak mentah dunia yang naik.
Mantan gubernur Bank Indonesia itu mengatakan bahwa peningkatan harga minyak mentah tersebut secara otomatis akan menambah subsidi energi, namun sekaligus juga meningkatkan penerimaan pemerintah.
"Totalnya jadinya surplus membaik, tidak membuat defisit. Jadi malah positif kalau bicara fiskalnya," kata Darmin.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan adanya penambahan alokasi subsidi energi di 2018 sebagai dampak dari kenaikan harga minyak dunia yang secara rata-rata telah melebihi asumsi dalam APBN sebesar 48 dolar AS per barel.
"Kami kemarin sudah menghitung dengan Menteri ESDM dan Menteri BUMN mengenai kebutuhan tambahan subsidi yang dibutuhkan," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (6/3).
Peningkatan subsidi energi ini mencakup tambahan subsidi solar untuk Pertamina yang diperkirakan naik dari alokasi saat ini sebesar Rp500 per liter.
Selain itu, subsidi energi juga terkait dengan penyesuaian harga batu bara di pasar domestik (DMO) untuk bahan bakar pembangkit listrik yang dikelola PLN.
Sri Mulyani memastikan pemerintah telah menghitung seluruh potensi penerimaan pajak maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang hilang dari pengusaha batu bara.
Saat ini subsidi energi dalam APBN 2018 ditetapkan sebesar Rp94,53 triliun yang terdiri dari subsidi BBM sebesar Rp46,9 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp47,7 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil