Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menegaskan komitmen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk konsisten dalam membangun sektor kelautan dan perikanan Papua melalui beragam aktivitas program.
Menteri Susi dalam siaran pers KKP yang diterima di Jakarta, Rabu (21/3/2018), menyatakan, komitmen tersebut diwujudkan dengan pembangunan sektor perikanan melalui berbagai kegiatan usaha di antaranya di bidang perikanan budi daya, seperti dukungan usaha budi daya lele sistem bioflok dan pakan ikan mandiri.
"Sudah lama saya meminta kepada Dirjen Budidaya untuk mengembangkan lele bioflok di Papua. Kenapa saya prioritaskan karena daerah Papua termasuk yang kekurangan sumber protein," kata Susi Pudjiastuti.
Menteri Kelautan dan Perikanan menegaskan hal tersebut seusai panen lele bersama di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) ikan Lele Onomi Hawai, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Minggu (18/3).
Sebagai informasi, lele bioflok yang dipanen tersebut adalah bantuan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) melalui Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) pada 2017.
Bantuan tersebut diberikan dalam dua paket yang masing-masing terdiri dari 8 lubang. Masing-masing lubang berisi 3.000 ekor lele dengan ukuran 7-8 cm.
Guna mendukung keberhasilan budidaya tersebut, pemerintah melengkapi bantuan dengan 4 ton pakan ikan berikut peralatan penunjang seperti pompa, blower, dan genset 1.000 KPA. Bantuan tersebut bernilai total Rp390 juta. Tak hanya bantuan permodalan, pemerintah juga memberikan pendampingan selama tiga minggu kepada pembudidaya dan menyediakan konsultasi yang dapat dilakukan terus menerus.
Sejak diberikan pada November 2017 lalu hingga hari ini, 16 lubang lele bioflok bantuan tersebut sudah dipanen. Masing-masing lubang menghasilkan 5 ton lele dengan ukuran 5-6 ekor per kg.
Menteri Susi mengutarakan harapannya agar dengan teknologi budidaya ini, produksi ikan yang diperoleh dapat berlipat sehingga bisa menjadi pemasok ikan di wilayah Papua. Banyaknya masyarakat yang dapat terlibat, juga menjadi pertimbangan.
"Bioflok ini bisa dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Selain kelompok pembudidaya ataupun koperasi, sebenarnya masyarakat bisa menerapkan ini. Dimulai dengan modal sendiri, nanti kita bantu bibitnya. Contohnya di Sleman itu KUB yang kita bantu itu menjadi sentra penjualan bibit, sedang masyarakatnya yang melakukan pembesaran. Masing-masing warga di Sleman memiliki kolam sendiri," jelasnya.
Selain teknologi bioflok, KKP juga mendorong pengembangan pakan ikan mandiri di Papua mengingat ketersediaan bahan baku lokal yang melimpah seperti jagung dan kedelai. Dengan pakan mandiri diharapkan keuntungan yang diperoleh pembudidaya akan lebih besar.
Tidak hanya fokus terhadap persoalan produksi, Menteri Susi juga menyoroti pentingnya penguatan permodalan dan persoalan pemasaran. Untuk kedua hal ini, Ia menegaskan kesiapan KKP untuk bekerja sama dengan Pemda setempat.
Terkait perikanan tangkap, Menteri Susi berharap agar ikan hasil tangkapan di perairan Papua didaratkan dulu di Papua, selanjutnya dilakukan penimbangan dan dipungut retribusinya sebelum ikan tersebut dikirim keluar dari Papua. Dengan begitu, Ia berharap keluar masuk ikan dari Papua selalu melalui pendataan dan memberikan manfaat nyata bagi daerah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil