Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

7.000 Hektare Laut Balikpapan Terdampak Tumpahan Minyak

7.000 Hektare Laut Balikpapan Terdampak Tumpahan Minyak Kredit Foto: Andi Aliev
Warta Ekonomi, Balikpapan -

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan menyampaikan terdapat 7 ribu hektare perairan Teluk Balikpapan dan PPU yang terdampak akibat tumpahan minyak yang terjadi pada Sabtu dini hari (31/3/2018).

Kepala P3E Kalimantan, Tri Bangun L. Sony mengatakan akibat tumpahan itu menimbulkan persoalan lingkungan dan dampak sosial masyarakat.

“Ada 7.000 hektare yang terdampak, dengan panjang pesisir 60 kilometer rata-rata dari Penajam dan Balikpapan," ungkapnya. "Kerusakan lingkungan terhadap ekosistem, pada jangka panjang,” sambungnya.

Pihaknya sejak hari minggu sudah melakukan perekam sejak peristiwa itu terjadi. 

Pihak ementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan lanjut Sony juga tengah menangani tuntutan perdata dengan menghitung  ganti rugi kepada masyarakat terdampak.

“Tuntutan perdata akan ditangani oleh tim KLHK. Tim sudah bekerja sejak hari minggu (1/4/2018) terlepas dari penyebabnya, dan saat ini tim masih di lapangan,” ungkapnya.

Sementara itu, General Manager (GM) Pertamina Refinery Unit (RU) V Togar MP memastikan selain penanganan minyak mentah di perairan dan pesisir pantai termasuk rumah penduduk juga akan dilakukan penanganan dampak sosial.

"Ada Kordinator dampak sosial yang kita bentuk. Kita sudah kordinasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan bersama warga. Kami juga menghubungi seluruh korban, dan kami juga akan menyantuni. Kami juga turut berbelasungkawa,” tukasnya.

Sementara Dinas Pertanian Perkebunan dan Perikanan  Balikpapan Yosmianto mencatat ada 162 nelayan yang mengalami dampak sosial sehingga sempat tidak melaut. Selain itu ada 15 renggek dan 18 keramba milik nelayan yang terdampak. 

Mereka ata-rata memiliki kapal berukuran 2-5 Gross Ton (GT) atau kapal kecil.

"Mereka kebanyakan nelayan di kecamatan Balikpapan Barat  karena daerah itu yang paling parah. Kalau di Markoni hanya ada ke kecil saja," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Aliev
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: