PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya meningkatkan jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya (emiten) di pasar modal Indonesia. Pada tahun ini saja BEI memasang target sebanyak 35 perusahaan baru yang masuk Bursa.
Guna mencapai target tersebut, pihak BEI bakal mendorong Usaha Kecil Menengah (UKM) agar melaksanakan Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO). BEI pun memutuskan untuk merangkul Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam rangka mendukung perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia, khususnya dari segi permodalan.
Praktisi Pasar Modal Adler Haymans Manurung menyarankan jika memang BEI ingin UKM catatkan saham, Bursa harus memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan IPO para UKM. Pasalnya, untuk masuk ke pasar modal, UKM harus melakukan audit laporan keuangan sementara biaya audit laporan keuangan yang dipatok oleh kantor akuntan publik cukup tinggi bagi UKM. Belum lagi, biaya yang harus dikeluarkan untuk go public mencapai Rp500 juta.
"Pak Tito benar untuk UKM masuk pasar modal, tapi Adler sarankan supaya bursa memfasilitasi, menyiapkan akuntan publik daripada akuntan publik enggak jelas cari klien ke mana," ucapnya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Rabu (18/4/2018).
Ia juga mengingatkan kepada BEI agar tidak gegabah dalam menambah emiten yang ada di pasar modal apabila tidak mau tenggelam. BEI harus menyaring UKM seperti apa yang bisa masuk. Yang paling penting, lanjut Adler, bagaimana keberlangsungan dari perusahaan tersebut dalam jangka panjang.
"Jangan pikir untuk setahun dua tahun ke depan, enggaklah. Harus panjang, lihat Astra, Indocement, Indofood, harus begitu berpikir, jadi enggak sembarang. Nanti, tiba-tiba Bursa punya emiten 700 satu hari naik karena UKM, besoknya drop lagi, harus dipilih yang benar. Jadi, enggak ada yang salah memang kalau mau majuin bursa, tapi mari kita lihat sama-sama," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah