Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di industri semen, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), menyatakan bahwa telah menaikan harga semennya sebesar Rp5.000 hingga Rp6.000 per sak.
Direktur Keuangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Doddy Sulasmono Diniawan menuturkan bahwa kenaikan tersebut dilakukan Perseroan karena dipicu oleh meningkatnya anggaran perusahaan untuk membeli batu bara.
"Cost paling besar kita itu di batu bara. Tekanan masih akan ada karena bukan hanya harga, tapi barangnya juga berebut. Tapi, sekarang sudah mulai turun lagi 'kan harga batu bara," jelasnya.
Namun, Doddy menyadari bila pihaknya tidak bisa terus-menerus berharap dari kenaikan harga semen. Meski pihaknya telah menaikan harga, perusahaan lain yang bermain di industri yang sama belum juga mengikuti langkah Perseroan.
"Semen itu kayak main saham. Enggak ada yang mau naikkan harga duluan. Kuartal I kita udah naik sampai Rp5.000 per sak. Tapi, mereka tidak mau naik. Nanti, tahu-tahu di sana turunkan harga, ya konsumen lari ke sana. Jadi, kita perlu hati-hati melakukannya karena harga enggak bisa kontrol, jadi biaya itu yang mesti dikontrol," jelas Doddy.
Sekadar informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) April 2018 sebesar US$94,75 per ton. Patokan harga itu turun 6,9% dibandingkan HBA pada Maret yang sebesar US$101,89 per ton. Setahun terakhir ini memang harga batu bara terus mengalami perbaikan meski kembali terjadi sedikit penurunan. Tetapi, kondisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah