Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan akan mengeluarkan kebijakan lanjutan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akhir Juni 2018 guna menghadapi tekanan perkembangan baru arah kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The FED), dan Bank Sentral Eropa, Europan Central Bank (ECB), serta masih tingginya risiko pasar keuangan global.
"Saya ingin menegaskan kembali bahwa BI fokusnya adalah pada stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar dalam jangka pendek ini. Oleh karena itu, kita siap melakukan langkah-langkah pre-emptive, front loading, dan ahead the curve terhadap perkembangan baru arah kebijakan the FED dan ECB," kata Perry di sela acara halal bihalal BI di Jakarta, Jumat (22/6/2018).
Terkait arah kebijakan baru the Fed, Perry mengatakan, the Fed pada tahun ini kemungkinan akan menaikkan suku bunganya sebanyak empat kali, bukan tiga kali lagi.
Kemudian, lanjutnya, ECB sudah mulai jelas untuk mengakhiri program stimulus moneter pada akhir 2018 dan mulai mengurangi dosisnya pada September tahun ini yang menjadi langkah menuju pengetatan moneter melalui kenaikan suku bunga.
"Oleh karena itu, dalam RDG yang akan datang BI siap lakukan langkah-langkah pre-emptive. Bentuknya apa? Bisa berupa kenaikan suku bunga dan juga bisa dalam bentuk relaksasi kebijakan makro prudential untuk mndorong sektor perumahan (Loan to Value/ LTV). Deatilnya akan kita umumkan segera setelah RDG dilakukan," jelas Perry.
Bank Sentral tahun ini sudah menaikkan dua kali suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate ke 4,75% untuk mengurangi tekanan pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah.
BI kini menerapkan kebijakan moneter yang mengarah ke pengetatan (bias ketat) dan berjanji untuk mengoptimalkan ruang kenaikan suku bunga acuan, tetapi tetap secara terukur dan bergantung pada perkembangan data ekonomi terakhir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: