PT Superkrane Mitra Utama berencana melaksanakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Perseroan tergolong berani untuk menggelar IPO di saat keadaan ekonomi yang kurang baik. Lalu kenapa perusahaan percaya diri untuk IPO saat terjadi krisis ekonomi?
Sekretaris Perusahaan PT Superkrane Mitra Utama Eddy Gunawin membeberkan alasannya. Ia mengungkapkan bila saat ini Indonesia tengah gencar melakukan pembangunan infrastruktur.
Sebagai perusahaan penyewaan crane dan alat-alat pendukung heavy lifting, perseroan pun kebanjiran pemesanan. Akan tetapi, perusahaan kesulitan untuk memenuhi permintaan yang datang karena keterbatasan alat yang dimiliki.
Untuk itu, perseroan membutuhkan dana guna melakukan penambahan alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan pembangunan infrastruktur.
"Kenapa sekarang? Karena kami dapat kontrak, sehingga butuh dana untuk tambah alat," ucapnya di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Ia mengungkapkan jika dari dana IPO nanti perusahaan bakal membeli alat berat (crane) merek Goldhoffer sebanyak 32 unit, Liebherr dengan type crane berkapasitas 200 ton 1 unit, Liebherr dengan type crane berkapasitas 500 ton 1 unit.
"Kami juga akan beli Lebherr Austrian dengan type crane berkapasitas 300 ton 1 unit dan Kato type crane berkapasitas 70 ton 11 unit," ungkapnya.
Menurut Eddy, bisnis perusahaan tak terlalu terpengaruh dengan kondisi ekonomi global yang tengah dirundung krisis. Ia menyebutkan jika kondisi ekonomi di Tanah Air masih sangat baik untuk mendukung perkembangan usaha perseroan. Selain itu, pemerintah terus menggalakkan pembangunan infrastruktur.
"Walaupun sekarang ada trade war, kemudian turki dan lain-lain, tapi kami lebih banyak dipengaruhi kondisi domestik di Indonesia. Yang kami lihat pembangunan infrastruktur masih banyak sekali. Termasuk dengan adanya Asian Games. Jadi tidak dipengaruhi kondisi dari luar," terangnya.
Ia mengungkapkan jika perusahaan sedang menggarap proyek-proyek infrastruktur milik pemerintah, seperti pembangunan jalan tol, Light Rapid Transit (LRT), dan Mass Rapid Transit (MRT) dan infrastruktur lain.
"Kami dipakai Adhi Karya untuk bangun itu (LRT). Karena kami punya alat paling banyak. Tapi kami masih butuh lagi untuk memenuhi kebutuhan di proyek lain," pungkasnya.
Sekadar informasi, perseroan berencana melakukan IPO dengan mematok harga di kisaran Rp900-Rp1.260 per saham.
Menurut Head Corporate Finance PT UOB Kay Hian, John Octavinus, jumlah saham IPO yang akan ditawarkan ke publik sebanyak 300 juta unit atau setara dengan 20% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.
Sebesar 50% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk pembayaran uang muka pembelian alat berat, sedangkan pelunasan sisa pembayaraan pembelian alat berat itu akan menggunakan pinjaman pihak ketiga.
Superkrane pun menargetkan bisa mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 14 September 2018 dan masa penawaran umum pada 18-21 September 2018. Sehingga, pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 September 2018.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: