Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prospek Permintaan Minyak Masih Suram

Prospek Permintaan Minyak Masih Suram Kredit Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Warta Ekonomi, New York -

Minyak naik tipis karena pasar global stabil pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), memulihkan beberapa dari penurunan dua persen hari sebelumnya, meskipun melemahnya prospek permintaan minyak mentah mempertahankan harga tetap terkendali.

Pasar minyak tergelincir pada Rabu (15/8), karena data yang menunjukkan peningkatan besar dalam persediaan AS memicu kekhawatiran tentang prospek permintaan bahan bakar, sementara minyak mentah juga tertekan oleh penjualan komoditas-komoditas industri yang lebih luas seperti tembaga.

"Masih ada ketergantungan dari laporan kemarin," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York, mengutip lonjakan impor yang menambah persediaan di AS meski laju operasioanl pengilangan kilang berada di tingkat tinggi.

Tiongkok dan Amerika Serikat telah menerapkan beberapa putaran tarif dan mengancam pengenaan tarif lebih lanjut atas ekspor senilai ratusan miliar dolar AS, yang dapat memukul pertumbuhan ekonomi global.

Krisis yang mencengkeram lira Turki telah mengguncang pasar negara berkembang dan bergema ke seluruh pasar ekuitas, obligasi dan bahan baku.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober, naik 0,67 dolar AS menjadi ditutup pada 71,43 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 0,45 dolar AS menjadi menetap di 65,46 dolar per barel di New York Mercantile Exchange.

Sebelumnya, minyak mentah AS telah berada di sekitar rata-rata pergerakan 200-hari sebesar 65,18 dolar AS per barel, sebuah acuan teknis yang penting. Pergerakan di bawah level itu bisa memicu penurunan lebih lanjut.

"Kisah pertumbuhan sekarang kurang lebih adalah kisah pertumbuhan AS. Seluruh dunia tidak lagi berperan bersama lebih lama lagi," kata ahli strategi komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

"Ini juga benar-benar mencerminkan bagaimana tema di pasar-pasar komoditas telah begitu cepat berubah dari satu di mana kekhawatiran tentang pasokan, dengan sanksi-sanksi Iran untuk minyak atau pemogokan (penambang) Chili untuk tembaga, dan sekarang fokusnya pada permintaan." Minyak mentah Brent berjangka berada pada rata-rata pergerakan 200-hari, tingkat teknis utama, untuk pertama kalinya dalam satu tahun. Analis mengatakan posisi di bawah titik ini dapat memicu aksi jual cepat lainnya.

"Di Brent, kami melacak dukungan pertama di 71,00 dolar AS diikuti oleh rata-rata pergerakan 200-hari di 70,23 dolar AS dan 70,00 dolar AS," kata analis Petromatrix, Olivier Jakob.

Di sisi pasokan, data AS pada Rabu (15/8) menunjukkan produksi minyak mentah meningkat sebesar 100.000 barel per hari (bph) menjadi 10,9 juta barel per hari dalam pekan yang berakhir 10 Agustus.

Persediaan minyak mentah meningkat sebesar 6,8 juta barel, mewakili kenaikan mingguan terbesar sejak Maret tahun lalu.

"Ketika akhir musim mengemudi musim panas mendekat, pemrosesan minyak mentah kemungkinan telah mencapai puncaknya dan akan menurun mulai sekarang. Oleh karena itu, impor minyak mentah bersih perlu menurun tajam sehingga stok minyak mentah tidak naik lebih jauh," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

Permintaan Asia menunjukkan tanda-tanda pelambatan, karena sengketa perdagangan dan dolar AS yang lebih kuat menyeret ekonomi beberapa pembeli minyak terbesar dunia.

Memberikan dukungan untuk minyak mentah Brent adalah mendekatnya sanksi-sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran, yang ditetapkan mulai berlaku November. Pelanggan terbesar Iran, seperti India, Korea Selatan dan Jepang, sudah mulai mengurangi pesanan mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: