PT Jasa Marga menilai pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak berdampak kepada kinerja operasional badan usaha milik negara (BUMN) tersebut.
"Pelemahan rupiah alhamdulillah tidak ada dampaknya," kata Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani kepada wartawan setelah Rapat Pemegang Saham Luar Biasa di Jakarta, Rabu (5/9/2018).
Menurut Desi, dampak dari pelemahan rupiah tersebut tidak terlalu berpengaruh karena pihak Jasa Marga tidak memiliki pinjaman dalam bentuk mata uang asing.
Global bond atau obligasi global yang dimiliki Jasa Marga sepenuhnya dalam denominasi rupiah karena biaya BUMN itu sepenuhnya berbentuk rupiah.
Sementara itu, Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengungkapkan bahwa strategi pihaknya adalah menggunakan pendanaan yang relatif pendek dan menghindari penggunaan pendanaan yang lebih panjang.
"Kami akan mengoptimalkan pendanaan dari perbankan," kata Donny Arsal.
Menurut dia, Jasa Marga akan mengombinasikan pendanaan antara utang dan ekuitas, sehingga akan mendapatkan pendanaan dengan rate yang lebih optimal guna mengantisipasi kenaikan suku bunga ke depannya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, tekanan ekonomi eksternal yang telah menurunkan nilai tukar rupiah sepanjang tahun akan mereda pada 2019.
Perry dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR di Jakarta, Selasa (4/9/2018), mengatakan bahwa keperkasaan dolar AS masih akan mempengaruhi pergerakan nilai mata uang "Garuda" di tiga bulan terakhir tahun ini.
Hal itu karena ekspektasi pasar mengenai The Federal Reserve Bank Sentral AS yang akan menaikkan suku bunga acuannya pada September dan Oktober 2018.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui tidak mudah menetapkan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di RAPBN 2019 ketika pergerakan rupiah cenderung melemah dan kondisi global masih diliputi ketidakpastian.
Sri Mulyani saat menyampaikan tanggapan pemerintah atas pandangan fraksi terhadap RAPBN 2019 dalam rapat paripurna DPR RI di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa tekanan global tersebut bisa mempengaruhi sentimen pasar dan kestabilan rupiah.
"Penetapan asumsi nilai tukar 2019 menjadi tantangan yang tidak mudah karena harus mencerminkan kombinasi antara faktor fundamental yang menopang nilai rupiah, namun juga harus antisipasif terhadap sentimen pasar yang mudah berubah," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: