Saham-saham di Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu, 8/9/2018), karena para investor mencerna beberapa data ekonomi terbaru di tengah ketegangan perdagangan global.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 79,33 poin atau 0,31 persen, menjadi ditutup di 25.916,54 poin. Indeks S&P 500 berkurang 6,37 poin atau 0,22 persen, menjadi berakhir di 2.871,68 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup 20,18 poin atau 0,25 persen lebih rendah, menjadi 7.902,54 poin.
Dow merosot dengan saham Travelers Companies dan United Technologies berada di antara pemain terburuk. Saham kedua perusahaan tersebut turun lebih dari satu persen pada penutupan.
Sepuluh dari 11 sektor utama dalam S&P 500 diperdagangkan lebih rendah, dengan saham-saham real estat dan utilitas memimpin penurunan. Sementara, indeks Nasdaq membukukan kerugian hari keempat berturut-turut.
Kekhawatiran meningkatnya sengketa perdagangan global terus menekan sentimen pasar, para ahli mencatat.
Indeks-indeks utama Wall Street jatuh setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan kemungkinan tarif tambahan pada produk-produk impor dari China dan Apple Inc mengindikasikan bahwa beberapa produknya dapat dikenakan pungutan tersebut, Reuters melaporkan.
Saham-saham AS melemah untuk sebagian besar sesi Jumat (7/9), tetapi merosot lebih jauh dalam setengah jam terakhir perdagangan karena laporan bahwa produk Apple, termasuk Apple Watch dan AirPods, akan dikenakan tarif. Saham Apple, yang telah berada di wilayah positif untuk sebagian besar sesi, berakhir 0,8 persen lebih rendah.
"Apple adalah salah satu penentu utama arah pasar," kata Quincy Krosby, kepala strategi pasar di Prudential Financial di Newark, New Jersey, seperti dikutip Reuters. "(Itulah) mengapa kita mungkin melihat beberapa aksi ambil untung memasuki akhir pekan." Saham-saham AS telah tertekan setelah Trump mengatakan dia memiliki tarif yang siap untuk diterapkan pada tambahan impor dari China senilai 267 miliar dolar AS, di atas usulan 200 miliar dolar AS.
Retorika perdagangan yang meningkat berkontribusi pada kecemasan di kalangan investor mengenai prospek pasar.
"Ada kemungkinan (China) mendevaluasi mata uangnya lagi, yang mendorong dolar AS naik dan mengubah tekanan pada eksportir AS," kata Krosby.
Wall Street juga memperhatikan data pekerjaan terbaru.
Perekonomian AS menciptakan 201.000 pekerjaan baru pada Agustus, dan menjaga tingkat pengangguran di terendah 18 tahun pada 3,9 persen, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada Jumat (7/9).
Sementara itu, upah rata-rata yang dibayarkan kepada pekerja AS naik 10 sen menjadi 27,16 dolar AS per jam. Tingkat pertumbuhan pendapatan tahunan naik menjadi 2,9 persen pada Agustus dari angka Juli 2,7 persen, laporan menunjukkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: