Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prospek Bisnis Waralaba Cerah, Kopi Masih Favorit

Prospek Bisnis Waralaba Cerah, Kopi Masih Favorit Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bisnis Waralaba di Indonesia tengah menggeliat, terlihat dari bertumbuhnya jumlah waralaba Indonesia. Tahun lalu hanya ada 250 bisnis waralaba namun pada tahun ini terdapat 450 merek franchise, yang menujukkan respons masyarakat dan pelaku usaha yang bagus.

Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia Levita Supit mengatakan acara tersebut menandakan bisnis waralaba sangat memiliki prospek positif. Ditambah lagi, kata dia, pemerintah saat ini sudah membangun infrastruktur sehingga sangat mendukung perkembangan waralaba.

"Sampai saat ini perkembangan waralaba di tanah air tumbuh berkembang dengan baik. Karena kita bisa membuka bisnis waralaba sampai ke daerah. Dulu permasalahan utamanya ada di infrastruktur sehingga logistik amat sangat susah untuk mengirim dari satu daerah ke daerah yang lain," ungkapnya di Jakarta, Jumat (5/10/2018).

Dengan bertambahnya bandara dan pelabuhan yang ada di Indonesia, Levita menilai hal tersebut banyak membuat para pelaku usaha bergairah. Untuk itu banyak pelaku usaha di Indonesia yang mau mengembangkan bisnis waralaba terutama kaum milenial.

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan P Roeslani memastikan pihaknya sangat berkomitmen untuk mendorong terciptanya pengusaha baru.

"Ini untuk menggerakan perekonomian nasional dan menciptakan iklim usaha yang positif di industri waralaba," ujar Rosan.

Rosan mengharapkan pameran tersebut dapat memunculkan pelaku usaha waralaba baru di Indonesia. Terutama pelaku usaha yang kreatif dan inovatif serta mampu bersaing di pasar global.

Di dalam bisnis waralaba, kopi juga menjadi produk yang favorit dalam bisnis tersebut. Ketua Umum Asosiasi Kopi Specialty Indonesia A Syafrudin menuturkan kehadiran usaha cafe meningkatkan nilai kopi yang ada saat ini.

Syafrudin menjelaskan kopi yang tadinya hanya sekedar komoditas dapat menjadi karya seni dan gaya hidup.

"Nilai jualnya saat ini tinggi karena kita mau menikmati secangkir kopi di cafe akan berbeda harganya di kedai kopi pinggir jalan," ungkap Syafrudin.

Syafrudin berharap pameran bisnis tersebut dapat mempertemuka semua pebisnis atau pelaku usaha. Dengan begitu juga akan menghasilkan solusi terbaik untuk industri kopi dan waralaba.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengatakan transaksi di dalam pamerah tahun sebelumnya dibandingkan 2016 meningkat.

"Transksi selama pameran pada 2017 meningkat 13 persen dari 2016 hanya Rp884 miliar menjadi Rp1 triliun pada tahun 2017," jelas Tjahya.

Menurutnya, ekspor Indonesia saat ini tidak hanya komoditas namun juga waralaba yang mulai membuka gerai di luar negeri. Untuk itu Tjahya mengharapkan waralaba di Indonesia dapat melebarkan kiprahnya di luar negeri.

"Saat ini kita masih defisit neraca perdagangan. Kalau bisa jangan mereka (waralaba asing) masuk, kita yang kelua ekspansi, go international," tutur Tjahya.

Pameran bisnis tersebut digelar mulai 5-7 Oktober 2018 dari pukul 10.00 WIB hingga 21.00 WIB dengan tiket masuk Rp60 ribu. Diharapkan, pameran bisnis terbesar di Indonesia tersebut mampu didatangi 20 ribu pengunjung.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: