Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Go-Jek Lebih Matang Sejahterakan Pengemudi

Pengamat: Go-Jek Lebih Matang Sejahterakan Pengemudi Kredit Foto: Reuters/Beawiharta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Skema penarifan penyedia transportasi daring, Go-Jek, dinilai lebih matang untuk membuat para pengemudinya lebih sejahtera sehingga jarang menimbulkan gejolak seperti unjuk rasa oleh para mitranya.

Pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia, Harryadin Mahardhika, menilai, Go-Jek lebih matang dalam skema bisnis ketimbang kompetitornya, Grab, karena mereka mulai bergeser dan tidak lagi mengejar akuisisi konsumen baru.

"Ini membuat penyesuaian tarifnya bisa tetap menjamin kesejahteraan mitra pengemudi," kata Harryadin Mahardhika dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (3/11/2018). 

Mereka mengajukan tuntutan mulai dari skema penarifan, perjanjian kemitraan yang terbuka atau transparan, serta protes terhadap penghentian operasional sementara aplikasi pada pengemudi.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa apa yang dilakukan Go-Jek saat ini lebih kepada upaya mencapai keseimbangan bisnis. Artinya, penerapan tarif dari berbagai layanan yang keuntungannya besar dialihkan perusahaan untuk menjaga pendapatan mitranya.

"Tarif yang ada tidak mengorbankan pendapatan mitra pengemudi dan tetap stabil," katanya.

Kondisi itu, tegasnya, sedikit berbeda dengan yang dihadapi oleh bisnis Grab di Indonesia.

"Grab bisa dibilang sebagai penantang masih memikirkan bagaimana mendapatkan sebanyak mungkin pelanggan atau pengguna baru dengan menerapkan harga kompetitif atau di bawah Go-Jek," tambah Harryadin.

Ia berpendapat, tarif murah ini tentu berpengaruh pada pendapatan pengemudi Grab. Karena alokasi subsidi harga lebih banyak dikeluarkan supaya konsumen dapat harga lebih murah, tetapi punya kecenderungan mengorbankan pendapatan mitra pengemudi jadi lebih kecil.

Namun, Harryadin juga melihat perlu adanya upaya penyesuaian harga antara perusahaan penyedia aplikasi transportasi dengan konsumen supaya bisnis ini tetap eksis.

Oleh karena itu, dia mengusulkan agar skema penerapan harga ini perlu dicari bentuk terbaiknya supaya mitra pengemudi mendapatkan keuntungan yang sepadan dan perusahaan juga tetap bisa kuat.

"Terutama untuk lini kendaraan roda empat ya. Kita bisa lihat skema menghamburkan banyak promo dengan mengorbankan pendapatan pengemudi malah membuat Uber angkat kaki dari Asia Tenggara," tutup Harryadin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: