Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prospek Bisnis di ASEAN Menjanjikan di Tengah Meningkatnya Proteksionisme

Prospek Bisnis di ASEAN Menjanjikan di Tengah Meningkatnya Proteksionisme Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

HSBC Navigator menemukan 86% perusahaan ASEAN memiliki optimisme mengenai prospek perdagangan luar negeri - lebih dari blok perdagangan lainnya dan lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 77%. Sementara, 75% dari bisnis di ASEAN percaya bahwa banyak negara menjadi lebih proteksionis di pasar ekspor utama mereka - tertinggi dari semua blok perdagangan dan jauh lebih tinggi daripada rata-rata global 63%.

Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia, Sumit Dutta, mengatakan perusahaan-perusahaan ASEAN sangat optimis melihat prospek bisnis mereka dan memperkirakan peningkatan proteksionisme di masa mendatang.

"Hal ini sekilas terlihat kontra-intuitif dan tentu saja menimbulkan pertanyaan apakah mereka meremehkan risiko perdagangan akibat meningkatnya proteksionisme atau mencoba melihat peluang di tengah konflik perdagangan. Apapun itu, rantai suplai akan beralih ke ASEAN dan perusahaan harus siap," kata Sumit Duta dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (5/11/2018).

Rantai pasokan ASEAN paling berpotensi dalam persaingan perdagangan

HSBC Navigator menyoroti bahwa China dan AS sejauh ini telah menjadi fokus kebijakan perdagangan proteksionis, tetapi mungkin ada dampak tidak langsung pada blok ASEAN mengingat tingkat ekspor yang tinggi di kawasan itu ke kedua negara tersebut.

Menurut HSBC Navigator, 37% responden di ASEAN berfokus terhadap peningkatan adopsi konsep digital dan teknologi dalam bisnis mereka (dibandingkan 28% secara global). Bagi 34% responden ASEAN peningkatan penggunaan teknologi menjadi rencana utama dalam perubahan dalam 3 tahun ke depan, lebih tinggi dari rata-rata global (27%).

Dutta mengatakan, sementara kami masih berharap akan adanya resolusi untuk perang proteksionisme perdagangan antara AS dan China, perusahaan-perusahaan di kawasan ASEAN harus mempersiapkan diri untuk ketegangan yang terjadi dalam jangka menengah.

Perusahaan yang mempertimbangkan untuk memindahkan rantai pasokan mereka ke kawasan ini harus mengajukan banyak pertanyaan kepada diri mereka sendiri: 'Apakah ada kapasitas lokal, bagaimana pabrik akan menerima bahan mentah, apakah mereka memiliki kapasitas sumber daya manusia yang cukup, apakah sebaiknya membangun pabrik yang baru, apakah mereka akan diizinkan? Teknologi akan menjadi benang merah di antara pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan akan menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik,” tutup Dutta.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: