Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Daya Beli Petani Sulsel Membaik pada Oktober 2018

Daya Beli Petani Sulsel Membaik pada Oktober 2018 Buruh tani menggotong padi hasil panen di salah satu kawasan lumbung padi nasional di Kwadungan, Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (3/2). Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian memprediksi ketersediaan beras nasional pada triwulan pertama di tahun 2018 dalam batas aman bahkan surplus. Hal ini terlihat dari proyeksi luas panen selama Januari hingga Maret yang dihitung mencapai 3,6 juta hektare. | Kredit Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Warta Ekonomi, Makassar -

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Nilai Tukar Petani atau NTP Sulsel pada Oktober 2018 mengalami peningkatan dibandingkan periode bulan sebelumnya. Kondisi tersebut menunjukkan daya beli petani di provinsi ini membaik, dimana terjadi kenaikan 0,21%.

"NTP gabungan Sulsel pada Oktober 2018 sebesar 102,30 atau terjadi kenaikan sebesar 0,21 persen bila dibandingkan dengan NTP Bulan September 2018 dengan NTP sebesar 102,08," kata Kepala BPS Sulsel, Yos Rusdiansyah, di Makassar, Kamis (8/11/2018).

NTP sendiri diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang harus dibayarkan petani. NTP menjadi salah satu indikator melihat tingkat daya beli petani di pedesaan.

NTP juga sekaligus menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi. Semakin tinggi NTP, maka secara relatif semakin kuat pula tingkat daya beli petani.

Menurut Yos, kesimpulan data peningkatan NTP Sulsel pada Oktober 2018 berdasarkan pada hasil pemantauan harga-harga pedesaan.

"Kenaikan tersebut disebabkan oleh penurunan pada indeks yang dibayar petani (ib), sedangkan indeks yang diterima petani (it) mengalami kenaikan. Penurunan ib sebesar 0,07%, sedangkan it naik sebesar 0,14%," ujar Yos.

Kata Yos, apabila dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya, tercatat satu subsektor mengalami penurunan NTP dan empat subsektor lainnya mengalami kenaikan.

"Penurunan terjadi pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,21%," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: