Kondisi ekonomi makro Indonesia di tahun 2019 diprediksikan bakal menekan Industri pembiayaan. Pasalnya, nilai obligasi jatuh tempo tahun 2019 yang mencapai Rp110 triliun.
Analis Pendapatan Tetap Pefindo, Ahmad Nasrudin menjelaskan, industri pembiayaan pada tahun depan masih akan mengalami tantangan dari kenaikan suku bunga perbankan.
“Akan ada tantangan tahun depan yang dialami industri pembiayaan. Apalagi biaya penerbitan obligasi naik,” jelasnya kepada pers di Jakarta, Kamis (8/11/2018).
Namun, pada tahun depan imbal hasil atau yield akan naik menjadi 9% untuk obligasi dengan jangka waktu 10 tahun.
“Sedangkan skenario optimis, yield berada di kisaran 9,35%,” ucap dia.
Dari nilai obligasi jatuh tempo yang mencapai Rp110 triliun pada tahun depan, 60% diperkirakan akan melakukan penerbitan obligasi kembali, sebagai usaha memenuhi kewajibannya.
“Tentunya yang menggunakan cara pembiayaan ulang melalui penerbitan obligasi akan terkena biaya tinggi,” ujar dia.
Sedangkan sisanya, atau sebanyak 40% akan mengelontorkan dana dari kas internal untuk memenuhi kewajibannya.
“Untuk jalur ini, datang dari emiten yang memiliki arus kas kuat seperti emiten pertambangan dan perdagangan,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: