Global Head of Currency Strategy & Market Research FXTM, Jameel Ahmad mengatakan, menguatnya ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) setelah The Federal Reserve System (The Fed) mengeluarkan narasi yang konsisten bahwa pengambil kebijakan tetap berkomitmen pada kenaikan suku bunga lebih lanjut secara bertahap dalam pernyataan kebijakan moneter terkini telah menjadi pemicu menguatnya dolar.
"Mata uang AS menguat terhadap sebagian besar mata uang lain di awal perdagangan Jumat, saat laporan ini dituliskan, termasuk semua mata uang G10, kecuali Yen Jepang yang tidak berubah dan menguat terhadap seluruh mata uang Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, kecuali Rubel Rusia yang sedikit menguat, dan semua mata uang Asia kecuali Yen dan Rupee India," jelas dia di Jakarta, Jumat (9/11/2018).
Sejujurnya, tidak ada kejutan besar dari keputusan The Fed karena semua orang sudah memperkirakan bahwa suku bunga tidak akan berubah di November. Akan tetapi, investor mencari isyarat nyata bahwa The Fed tetap berkomitmen melanjutkan kebijakan moneter hingga akhir 2019, dan investor mendapatkannya.
"Poin paling menarik dari pernyataan The Fed adalah kurangnya pembahasan dari The Fed mengenai level volatilitas pasar global saat ini, yang menyiratkan kegigihan The Fed untuk melanjutkan ambisi kenaikan suku bunganya," katanya.
Seiring berjalannya waktu dan semakin mencerna pernyataan kebijakan ini, tidak akan mengejutkan jika kita melihat divergensi bank sentral ini menjadi perhatian para trader.
Ini adalah kemungkinan alasan di balik momentum negatif di pasar modal Asia pada Kamis malam, walaupun ada kekhawatiran akan pertumbuhan global melambat dan dampak potensi penurunan momentum ekonomi China terhadap ekonomi dunia.
"Saya pribadi berpendapat, penurunan momentum saham diakibatkan oleh kekhawatiran mengenai kebijakan kenaikan suku bunga di AS dan kembalinya divergensi The Fed," ucap Jameel.
Beralih dari pernyataan FOMC terkini, Pound Inggris akan menarik perhatian investor internasional di akhir pekan perdagangan ini. Pound telah mengalami reli 2% sejak awal bulan, dan ini menyiratkan bahwa investor semakin yakin kesepakatan Brexit akan segera tercapai. Isu kesepakatan Brexit yang hampir tercapai semakin hari semakin menarik perhatian media.
"Saya perlu mengingatkan, berita ini hampir terefleksikan dalam harga Pound dan potensi terjadinya aksi ambil untung adalah risiko yang perlu diperhatikan oleh investor," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: