Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Dinilai Makin Positif, Investor Bisa Mulai Lirik Reksa Dana Saham

Pasar Dinilai Makin Positif, Investor Bisa Mulai Lirik Reksa Dana Saham Seorang karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/6). Perdagangan IHSG akhir pekan ini ditutup melemah 0,52 poin atau 0,0089 persen ke level 5.821,81. | Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar modal Indonesia mulai bergairah. Investor asing mulai memborong portofolio saham dan obligasi di Indonesia. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut di tahun politik 2019. Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok pun telah mereda. Melihat kondisi pasar yang menunjukkan perkembangan positif ini, Bank Commonwealth merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan investasi jangka panjang di November.

Sepanjang Oktober lalu, pasar saham dan obligasi Indonesia mengalami koreksi. IHSG terkoreksi -2,42% atau sebesar -8.24% ytd, sedangkan Bindo Index mencatat total return -6,28% ytd. Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini mencatat ekonomi Indonesia di kuartal III 2018 tumbuh 5,17% yoy. Angka tersebut lebih tinggi dari kuartal III 2017 sebesar 5,06% yoy, tapi masih lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II 2018 sebesar 5,27% yoy.

Neraca perdagangan Indonesia September lalu secara tidak terduga mencatat surplus US$227 miliar, ketika konsensus memperkirakan akan terjadi defisit. Sentimen positif lain datang dari laporan keuangan emiten untuk kuartal III 2018 yang tercatat positif, tertinggi sejak 2011 untuk satu kuartal.

Di tingkat global, para investor melihat ekonomi Tiongkok sebagai raksasa ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini tumbuh melambat. Biro Statistik Nasional Tiongkok merilis data ekonomi Tiongkok tumbuh 6,5% yoy pada kuartal III 2018, lebih rendah dari yang diharapkan.

 

Di lain pihak, pertumbuhan ekonomi AS yang positif dan kondisi pasar tenaga kerja AS yang semakin ketat, meningkatkan peluang bagi The Fed untuk kembali menaikan suku bunga di penghujung 2018.

"Kenaikan suku bunga yang disertai oleh pertumbuhan ekonomi umumnya positif untuk pasar saham, sehingga untuk nasabah dengan profil risiko growth masih dapat mempertahankan alokasi saham sebesar 70% di dalam portofolio," kata Ivan Jaya, Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth melalui rilis yang diterima di Jakarta, Rabu (14/11/2018).

Menurut Ivan, para nasabah yang memiliki rencana investasi jangka panjang dapat memanfaatkan perkembangan kondisi pasar yang semakin positif ini.

"Kami merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan bagi nasabah yang ingin berinvestasi untuk jangka panjang," tambah Ivan.

Untuk dapat mengoptimalkan investasi para nasabah, Bank Commonwealth menyediakan layanan wealth management melalui Dynamic Model Portfolio. Layanan ini mengumpulkan berbagai informasi pasar dan memilah mana yang paling relevan untuk setiap nasabah berdasarkan profil risiko serta tujuan investasi. Layanan ini juga memberikan saran terkait penempatan portofolio aset nasabah.

 

"Nasabah pun bisa menggerakkan asetnya secara dinamis, sehingga tidak harus sama dengan proporsi investasi yang telah ditentukan di awal. Investasi akan disesuaikan tidak hanya berdasarkan profil risiko Nasabah, namun juga risiko pasar ke depannya," tukas Ivan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: