Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penuh Kekecewaan, Begini Alasan Mitra Pengemudi Grab Migrasi ke Go-Jek

Penuh Kekecewaan, Begini Alasan Mitra Pengemudi Grab Migrasi ke Go-Jek Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kantor Go-Jek yang terletak di Jalan Kemang Timur Nomor 21, Jakarta Selatan mendadak dipenuhi oleh mitra pengemudi Grab hari ini, Jumat (16/11/2018). Ternyata, Go-Jek memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin mendaftarkan diri menjadi mitranya, meskipun mereka telah terdaftar sebagai mitra di perusahaan pesaing. Penawaran tersebut disambut baik oleh para pengemudi yang mengaku kecewa pada mitra sebelumnya, Grab. 

Salah satu mitra pengemudi Grab yang tidak mau disebutkan identitasnya mengaku, meski sudah melakukan unjuk rasa berkali-kali pada perusahaan, tak ada perubahan yang dirasakan olehnya dan teman-teman mitra pengemudi lain. Malahan, ia merasa sistem di Grab semakin merugikan mitra pengemudi.

"Saya sudah hampir 2,5 tahun menjadi mitra Grab, saya mengalami tiga sistem berbeda di sini, terhitung sejak 2016 lalu. Kalau di akhir atau pertengahan tahun itu, biasanya memang ada pergantian sistem," aku pengemudi ini.

Ia bercerita, di bulan-bulan pertama menjadi mitra pengemudi Grab, penghasilan kotornya bisa mencapai Rp1 juta per hari. Dengan yakin, ia menceritakan ulang hal yang terjadi di 2016 itu.

"Di 3 sampai 4 bulan pertama itu, bukannya sombong ya, saya bisa dapat Rp1 juta dalam sehari. Namun, begitu masuk bulan kedelapan, sistemnya berubah," ujar pengemudi yang menggunakan jaket Grab ini.

Di bulan kedelapan ia menjadi mitra, sistem berubah menjadi sistem argo. Sejak saat itu, ia mengaku pendapatannya mulai menurun sekitar Rp200 hingga Rp300 ribu per hari. 

"Buat kami, jumlah penurunan sebesar itu lumayan besar," ujar seorang pengemudi lain yang juga tidak mau disebutkan identitasnya kepada Warta Ekonomi, Jumat (16/11/2018).

Belum cukup dengan penurunan pendapatan karena sistem argo, sistem berlian sudah muncul ke permukaan. Sistem berlian tersebut serupa dengan poin yang ada di Go-Jek. Menurut para mitra pengemudi ini, sistem tersebut cenderung memberatkan mereka.

"Kalau sekarang tuh, dapat Rp200.000 per hari saja, ibaratnya sudah lelah sekali. Kalau diistilahkan, seperti muntah darah," katanya lagi.

Narasumber menjelaskan, dalam sistem berlian pengemudi harus meraih 550 berlian untuk mendapatkan bonus. Layanan GrabFood menghasilkan 30 berlian di jam biasa dan 60 berlian di jam sibuk. Sementara layanan GrabBike menghasilkan 18 berlian per penumpang.

"Kalau dapat 300 berlian, baru dapat Rp120.000 per harinya. Belum digunakan untuk bensin, makan, dan kebutuhan lain. Ada juga potongan 20% kan," ujarnya lagi.

Bila tidak mencapai 300, pengemudi hanya bisa memperoleh Rp4.000 per penumpang. Misal, bila dalam sehari pengemudi mendapat empat trip, dikalikan empat, berarti ia mendapatkan Rp16.000. Itu pun harus dipotong sebesar 20%.

Perbedaan Bonus Harian Grab dan Go-Jek

Di samping kekecewaan, alasan lain yang membuat para mitra pengemudi Grab bermigrasi ke Go-Jek adalah perbedaan bonus harian antara kedua perusahaan tersebut. Go-Jek menerapkan sistem akumulasi pada bonus harian pengemudi, sementara Grab tidak.

"Kalau di Grab, trip pertamanya misal Rp110 ribu, dapat bonus Rp15 ribu, Go-Jek juga sama. Namun, di trip kedua, yang dapat bonusnya Rp30.000, di Grab itu tidak diakumulasikan, sedangkan Go-Jek diakumulasi. Harusnya kan ketika dapat uang Rp180 ribu, bonusnya kalau diakumulasi menjadi 15 ribu ditambah Rp30 ribu, total Rp45 ribu. Kalau di Grab, Rp180 ribu cuma dapat bonus Rp30 ribu, Rp15 ribunya ke mana?" ujar pengemudi tadi dengan nada penuh skeptis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: