Sektor tambang batubara merupakan roda penggerak perekonomian di Kalimantan Selatan. Jika sektor tersebut melambat, geliat ekonomi di Kalsel akan mengalami perlambatan secara keseluruhan.
Kuartal II-2018 bukan merupakan periode yang menggembirakan bagi Kalimantan Selatan. Wilayah tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,64% (yoy) dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,07% (yoy). Faktor utama penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sektor tambang yang mengalami penurunan menjadi 2,49% apabila dibandingkan kuartal I-2018 yang sebesar 3,53%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, Herawanto, mengatakan sektor pertambangan khususnya batubara memiliki peran dominan terhadap perekonomian di Kalsel. Padahal, sektor pertambangan tengah mengalami tekanan baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, ekspor batubara mengalami pelemahan seiring koreksi harga batubara pada kuartal II-2018.
"Kemudian dari sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan juga melamban seiring pelemahan kinerja ekspor. Selain itu, kondisi cuaca juga cukup menghambat proses produksi," katanya dalam keterangan yang diterima Warta Ekonomi di Jakarta, belum lama ini.
Pada kuartal II-2018 nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan tercatat sebesar US$1,94 miliar atau tumbuh 10,52% secara year-on-year. Meski demikian, pertumbuhan nilai ekspor luar negeri Kalsel melambat apabila dibandingkan kuartal I-2018 yang tumbuh sebesar 25,59%.
Lagi-lagi, penyebab perlambatan nilai ekspor tersebut karena pelemahan kinerja ekspor komoditas batubara. Tercatat, pertumbuhan volume ekspor batubara pada kuartal II-2018 mengalami perlambatan menjadi 12,12% (yoy) dari sebesar 25,28% pada kuartal I-2018. Total nilai ekspor batubara Kalimantan Selatan mencapai US$1,56 miliar atau tumbuh 18,35%, melambat apabila dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang mencapai 43,36% (yoy).
Adapun, komoditas batubara mencatatkan pangsa ekspor sebesar 80,64% pada kuartal II-2018 atau mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan 79,16% pada kuartal sebelumnya. Jadi, perlu ada akselerasi kinerja ekspor untuk menggenjot kembali roda perekonomian di Kalsel.
Komposisi Nilai Ekspor Kuartal II-2018 Berdasarkan Komoditas
Batubara | 80,46% |
CPO | 10,86% |
Kayulapis | 4,05% |
Karet | 1,99% |
Lainnya | 2,64% |
Sumber: Data Ekspor Impor Bank Indonesia
Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, mengatakan pihaknya memiliki komitmen untuk mendorong kinerja sektor mineral dan batu bara yang salah satunya dengan melakukan inovasi teknologi. Inovasi tersebut dilakukan dengan cara mendigitalisasi segala perizinan sehingga memperlancar ekspor yang pada akhirnya meningkatkan kontribusi ke devisa negara.
"Kami meningkatkan monitoring online untuk pengawasan produksi minerba. Kemudian soal pengawasan terhadap laporan hasil verifikasi barang ekspor menggunakan sistem online," sebutnya di Jakarta, belum lama ini.
Tantangan
Salah satu tantangan terberat yang dihadapi Kalimantan Selatan untuk menggenjot kinerja ekspor datang dari realisasi pertumbuhan ekonomi China yang melambat. Hal tersebut secara langsung berimbas pada penurunan permintaan batubara Kalsel. Apalagi, dari sisi negara tujuan, pada kuartal II-2018 porsi nilai ekspor Bumi Lambung Mangkurat ini ke China tercatat paling besar yaitu 35,64%. Porsi ekspor tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang sebesar 38,40%.
Selain China, negara-negara lain yang menjadi tujuan ekspor Kalimantan Selatan yakni India yang memiliki porsi nilai ekspor sebesar 18,86% pada kuartal II-2018 atau naik apabila dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang sebesar 18,55%. Sedangkan ASEAN memiliki porsi nilai ekspor sebesar 17,67% atau naik dari kuartal I-2018 yang sebesar 16,26%.
Kepala Perwakilan BI Kalsel, Herawanto, mengatakan tingkat permintaan batubara Kalsel tidak setinggi yang diperkirakan terutama dari negara tujuan ekspor utama. Perekonomian China tercatat tumbuh melambat sebesar 6,7% pada kuartal II-2018 dari 6,8% pada kuartal sebelumnya. Data ekspor menunjukkan ekspor batubara Kalimantan Selatan ke China tumbuh 19,36% atau melambat jika dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang mencapai 89,86%.
"Mengacu kepada negara tujuan, ekspor batubara ke Jepang juga tercatat melambat," sebutnya.
Hal lain yang menjadi tantangan di sektor batubara yakni kurang optimalnya produksi akibat faktor cuaca. Ia menjelaskan masih tingginya curah hujan pada April sampai dengan pertengahan Mei 2018 memberikan dampak pada proses produksi yang kurang optimal.
"Secara global suplai batubara tetap ketat karena beberapa negara penghasil batubara termasuk Indonesia mengalami masalah pasokan yang disebabkan oleh kendala infrastruktur sampai kondisi cuaca yang buruk," paparnya.
Tantangan ketiga yakni penurunan harga batubara. Secara rata-rata, mengacu pada Harga Acuan Batubara (HBA) Kementerian ESDM harga batubara pada kuartal II-2018 tercatat sebesar US$93,63 per ton atau lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang sebesar US$99,36 per ton.
Mengakselerasi Ekspor
Di tengah berbagai tantangan tersebut Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, mengatakan pemerintah pusat memiliki komitmen untuk mengakselerasi ekspor sektor mineral dan batubara (minerba). Salah satu langkah akselerasi tersebut adalah dengan membuka kuota produksi batubara sebesar 100 juta ton menjadi 585 juta ton.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, meyakini penambahan kuota produksi batubara sebesar 100 juta ton untuk tahun 2018 akan semakin mendorong ekspor batu bara.
"Sampai Agustus kan pertumbuhan ekspor batubara baru sekitar 10%. Insya Allah hingga akhir tahun pertumbuhan ekspor batubara mencapai 11%," katanya.
Bank Indonesia sendiri memprediksi ekspor Kalimantan Selatan akan tumbuh meningkat pada kuartal III-2018 seiring dengan perkembangan Harga Acuan Batubara (HBA) Kementerian ESDM bulan Agustus 2018 yang masih menunjukkan kenaikan yaitu sebesar US$107,83 per ton dari US$93,63 per ton pada kuartal II-2018.
Data ekspor bulanan batubara menurut BPS per Juli 2018 juga mengindikasikan pertumbuhan sebesar 37,4% (yoy) dari sebesar 16,4% (yoy) pada periode April-Juni 2018. Akselerasi ekspor batubara ini diharapkan dapat pula mendorong perekonomian Kalimantan Selatan.
"Kemudian dari sisi cuaca juga terdapat peluang lebih baik sehingga proses produksi dapat lebih optimal," pungkas Herawanto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: