'Difabel Juga Bisa', Angkie Yudistia CEO Tunarungu yang Jadi Inspirasi
Angkie Yudistia, CEO Thisable Enterprise ini ternyata memiliki keistimewaan, ia merupakan penyandang disabilitas, tunarungu. Keistimewaan yang ia miliki justru mampu membawanya menjadi wanita karier yang mampu menjadi insipirasi bagi siapa saja.
Sempat merasakan dibully orang-orang sekitar karena tunarungu, Angkie sempat ingin protes kepada Tuhan tentang apa yang ia terima, "kenapa harus saya?". Ia tidak lahir dengan keistimewaannya itu, Angkie sempat merasakan hidup normal selama 10 tahun. Setelah menderita panas tinggi kala itu, Angkie dianjurkan untuk mengonsumsi anti biotik oleh dokter, namun nahas, bukan hanya panasnya yang menurun, kemampuan pendengaran Angkie pun menurun, sampai harus menggunakan alat bantu dengar dalam kesehariannya.
Setelah menjalani hidup sebagai penyandang disabilitas, wanita kelahiran 5 Juni 1987 ini mulai bisa menerima anugerah yang sudah Tuhan berikan kepadanya. Tidak pernah terpikirkan lagi dalam benaknya untuk protes kepada Sang Pencipta. Angkie mulai meraih prestasi di bangku kuliah. Ia mampu menyelesaikan pendidikannya sampai ke jenjang Master di London School of Public Relations, dengan IPK yang memuaskan.
Finalis Abang None pada 2008 itu sangat mencintai dunia komunikasi. Ia mengaku, dengan mempelajari ilmu komunikasi, kemampuannya berbicara di depan orang banyak dan berinteraksi dengan orang semakin terasah. Ilmu yang ia dapatkan semasa kuliah dari S1 sampai S2 semuanya berguna dalam kehidupan sehari-harinya.
Dulu, ia sempat mencoba melamar pekerjaan di berbagai perusahaan. Dalam CV lamarannya pun ia tidak berbohong, ia terang-terangan mengatakan bahwa dirinya keterbatasan dalam mendengar. Tidak jarang pula dirinya ditolak karena keistimewaannya itu.
"Tapi saya enggak nyerah, masa iya dari sekian banyak perusahaan di Indonesia, enggak ada yang mau nerima orang tunarungu," ucapnya.
Karena kegigihannya tersebut, Angkie mampu bekerja di beberapa perusahaan sebelum menjadi CEO seperti sekarang.
Melihat masih kurangnya tingkat kepedulian orang-orang Indonesia terhadap penyandang disabilitas seperti dirinya, Angkie tergerak untuk terjun ke dalam Yayasan Tunarungu Sehijra pada 2009. Sejak saat itu ia pun aktif terlibat dalam berbagai kegiatan sosial.
Angkie mengatakan, ia juga senang menulis karena keterbatasannya dalam mendengar. Ia gemar menjadikan tulisannya itu menjadi alat komunikasi dengan orang-orang sekitar.
Hobinya dalam menulis pun berbuah karya. Angkie menerbitkan dua bukunya yang berjudul Perempuan Tuna Rungu Tanpa Batas dan Setinggi Langit. Thisable Associate sendiri saat ini telah melakukan salah satu program yaitu menjual program Corporate Social Responsibility (CSR) yang terkait dengan orang disable pada perusahaan.
Selain menjadi penulis, wanita yang sudah memiliki buah hati itu juga menjabat sebagai CEO di perusahaannya yang ia dirikan bersama temannya, Thisable Enterprise. Perusahaan yang berfokus terhadap gerakan misi sosial, khususnya membantu kaum difabel.
Kini, melalui Thisable Enterprise, telah banyak penyandang disabilitas yang mampu hidup mandiri secara ekonomi. Salah satunya adalah Munsia, ia aktif menawarkan jasa pijat melalui fitur GoLife dari Go-Jek dan pengajar terapis di sebuah yayasan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: