Literasi keuangan adalah tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai lembaga keuangan formal, produk, dan jasa keuangan. Menurut hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2018 lalu, tingkat literasi keuangan di Indonesia sebesar 31% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang berada di angka 29,7%.
Namun, angka ini terbilang kecil maka tak heran masih banyak masyarakat Indonesia yang belum melek produk keuangan termasuk karyawan di kota besar. Hal ini berhubungan kuat dengan kesejahteraan karyawan dalam sebuah perusahaan. Tidak ada karyawan yang dapat bekerja dengan maksimal bila memiliki permasalahan keuangan pribadi atau keluarga.
Karena karyawan adalah tubuh yang menggerakkan setiap perusahaan, jika ingin bisnis/perusahaan berjalan lancar maka mulailah dengan menyejahterakan karyawan secara finansial dengan memulai literasi keuangan. Dalam tulisan ini kita akan coba membahas literasi seperti apa yang tepat untuk para karyawan.
Banyak hal yang perlu kita ketahui mengenai literasi keuangan dan kita akan coba bahas satu per satu. Mulai dari cashflow, utang, hingga produk keuangan dan juga mempersiapkan pensiun dan masih banyak lagi. Hal paling sederhana adalah kita mulai dari cashflow terlebih dahulu.
Cashflow kita bicara uang masuk dan uang keluar. Di sinilah jantung keuangan kita. Tanpa pengeloaan keuangan yang baik, uang seberapa besarpun yang masuk akan keluar begitu saja tanpa arah jelas. Anda pernah merasakan ketika bergumam "lho kok uang saya tinggal segini, perasaan tadi ada sekian, ke mana ya?". Hayooo, mengaku siapa yang pernah mengalami hal ini? Inilah yang bisa kita sebut "kebocoran" dalam keuangan Anda.
Jika setiap karyawan dapat mengelola cashflow bulanan dengan baik, mereka sudah satu langkah lebih maju untuk mencapai kenyamanan keuangan dalam jangka panjang.
Kalau tadi sudah kita singgung mengenai cashflow, kali ini tentang utang. Misalnya seorang karyawan menerima gaji Rp10 juta per bulan. Nominal gaji yang diterima memang cukup besar, tetapi 70% dari gaji tersebut digunakan untuk membayar utang, baik cicilan elektronik maupun tagihan kartu kredit bulan sebelumnya. Akhirnya uang yang tersisa di tangan hanya Rp3 juta, belum lagi harus membayar sewa kost dan kebutuhan lainnya. Siklus ini akan terus berputar menjadi lingkaran maut. Jika tidak diakhiri, orang yang berada di dalamnya lama-kelamaan akan bangkrut. Menyeramkan bukan?
Dengan adanya literasi keuangan yang tepat bagi para karyawan tentu untuk meningkatkan kesadaran seseorang mengenai pentingnya mengelola keuangan dengan baik dan bijaksana.
Setelah membahas mengenai cashflow dan utang di awal, selanjutnya kita membahas tentang dana darurat yang kerap kali terlewatkan oleh setiap orang. Banyak orang yang tidak menyadari pentingnya dana darurat, terutama para karyawan yang terbiasa menerima gaji bulanan. Karena merasa sudah pasti mendapatkan gaji pada tanggal tertentu maka banyak karyawan yang merasa uang yang ada di tangan saat ini bisa dihabiskan hingga tanggal tersebut. Seakurat apapun perhitungan Anda, tetap saja ada yang namanya risiko kehidupan.
Tidak ada yang pernah tahu kapan Anda akan jatuh sakit atau mengalami kecelakaan atau risiko-risiko lainnya. Jika hal tersebut terjadi dan tidak memiliki dana cadangan, terpaksa Anda harus berutang kepada orang lain. Orang yang belum mendapatkan literasi keuangan dengan baik umumnya tidak akan menganggap dana darurat sebagai hal penting. Bukan karena tidak peduli, melainkan karena tidak menyadari pentingnya dana darurat. Dengan meningkatkan literasi keuangan pada karyawan misalkan mengenalkan beberapa produk keuangan dari lembaga keuangan yang dapat membantu untuk membentuk dana darurat dengan memanfaatkan fasilitasnya yaitu auto debet maka para karyawan memiliki beberapa pilihan alternatif untuk dana darurat, tidak melulu uang dihabiskan begitu saja.
Hal yang tidak kalah penting dari dana darurat untuk mengurangi risiko keuangan adalah memiliki asuransi. Industri asuransi sangat besar, banyak sekali brand asuransi, banyak sekali agen yang telepon hingga mendatangi untuk menawarkan produk asuransi. Nah, bagaimana Anda dapat menyaring begitu banyaknya pilihan dari berbagai brand tersebut? Banyak di antara kita yang membeli produk asuransi bukan karena kebutuhan namun karena rasa tidak enak untuk menolak tawaran teman/saudara. Ya kan. ya kan? Hayoo mengaku.
Toh, memang faktanya demikian kita masih sulit untuk menolak hal yang bukan kebutuhan kita. Maka peran literasi keuangan dalam membantu masyarakat untuk memilih produk keuangan khususnya asuransi yang tepat sesuai kebutuhan sangat dibutuhkan di sini.
Sebagai karyawan yang memiliki batas usia bekerja, tentu kita juga harus melek keuangan dalam hal berinvestasi. Hal yang penting untuk disiapkan adalah dana pensiun. Masih banyak perusahaan yang menerapkan pelatihan keuangan ketika 2-3 tahun lagi masuk usia pensiun, yang pada akhir pelatihan ditutup dengan kunjungan ke UKM-UKM untuk melihat bisnis apa yang bisa digeluti ketika nanti pensiun. Karyawan yang selama puluhan tahun bekerja di kantoran dan ketika pensiun seolah diberi pilihan untuk berbisnis di mana modalnya dari uang pesangon disertai pelatihan tiga hari, kira-kira apa yang akan terjadi? Tentu Anda bisa menjawab sendiri.
Sangat disayangkan masih banyak perusahaan yang belum aware mengenai pentingnya dana pensiun yang perlu disiapkan sedini mungkin, sedari awal mereka meniti karir karena kita menyadari bahwa biaya hidup di masa pensiun memiliki jumlah yang besar. Bila tidak disiapkan dari sekarang, apakah hanya mengandalkan uang pesangon? Masih tertolong ketika uang pesangonnya yang diberikan berjumlah miliaran dari kantor, walaupun itu belum seberapa dari biaya hidup ketika pensiun. Lantas, bagaimana dengan karyawan yang menerima uang pesangon di bawah itu? Inilah salah satu pentingnya literasi keuangan khususnya investasi yang perlu dikenalkan kepada setiap lapisan masyarakat dalam mencapai tujuan keuangan.
Hal yang memilukan tentu pernah kita dengar bahwa uang pesangon dari pensiunan diinvestasikan yang pada akhirnya diketahui bahwa itu investasi bodong. Sedemikian pilunya kejadian tersebut, uang pensiun yang tidak seberapapun menjadi hilang tak ada arti ketika literasi keuangan tidak sampai kepada setiap karyawan.
Lantas, bagaimana kita para karyawan untuk dapat mengakses literasi keuangan yang tepat dan benar? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan literasi keuangan kita adalah dengan berdiskusi. Cari teman atau rekan yang juga memahami keuangan pribadi. Bisa berdiskusi dengan orang yang sudah sukses secara keuangan. Hal ini secara langsung atau tidak langsung akan memberikan efek positif kepada Anda.
Bergabunglah dengan komunitas yang berdiskusi mengenai keuangan. Komunitas online seperti telegram "Seputar Keuangan". Lalu bisa juga berkonsultasi dengan perencana keuangan independen. Kita juga perlu me-review keuangan kita secara berkala karena berdasarkan hasil riset menunjukkan orang sukses (para miliuner) rata-rata menghabiskan waktu 8,4 jam sebulan untuk mengelola dan merencanakan keuangannya.
Anda harus memaksakan diri untuk memantau anggaran yang sudah dibuat, melakukan update (pengkinian data), me-review, mengecek tagihan dan cicilan yang datang dan diskusi mengenai keuangan keluarga (jika sudah memiliki pasangan).
Semoga literasi keuangan kita semua semakin meningkat dan dapat mencapai tujuan keuangan. Happy planning.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: