Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang rata-rata stagnan di angka 5 persen pada tahun 2018 lalu diprediksi akan membuat tren penutupan gerai oleh beberapa perusahaan ritel di Indonesia masih akan berlanjut di tahun ini.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengatakan bahwa penutupan gerai dan PHK yang dilakukan salah satu perusahaan ritel yakni PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mengindikasikan adanya perlambatan konsumsi rumah tangga.
"Group hero mengalami penurunan penjualan dibidang makanan hingga 6 persen. Indikasi adanya perlambatan konsumsi rumah tangga," katanya ketika dihubungi, di Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Lebih lanjut Ia menuturkan jika harga komoditas perkebunan yang rontok pun mempengaruhi daya beli masyarakat di jawa dan luar jawa. Meskipun inflasi cuma 3,1 persen tapi masyarakat tetep tahan belanja.
"Ada pemilu juga yg bikin masyarakat khawatir gaduh. Ini terutama kondisi kelas menengah perkotaan," tuturnya.
Selain itu, Bhima juga menilai jika mahalnya bunga kredit membuat masyarakat mengurangi untuk belanja kebutuhan pokok di supermarket. "Kan belum cicilan rumah dan kendaraan bermotor jadi naik. Alokasi untuk beli kebutuhan pokok di supermarket berkurang," tambahnya.
Ia mengungkapkan, sejauh ini tercatat sudah 5 retailer yang tutup seperti 7eleven, Matahari Pasar Raya Blok M dan Manggarai, Lotus, Debenhams, GAP.
"Sementara yang mengurangi gerai ada Hero Group dan MAP. Akan berlanjut gelombang penutupan ritel selama konsumsi rumah tangga dan daya beli melemah. Kondisi makro ini mulai pulih tapi sangat lambat," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri