Hampir 30% pimpinan perusahaan meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi global akan menurun dalam 12 bulan ke depan, sekitar enam kali dari 5% tahun lalu. Demikian terungkap dari temuan survei tahunan ke-22 PwC terhadap lebih dari 1.300 CEO di seluruh dunia.
Angka ini sangat bertolak belakang dengan lompatan rekor tahun lalu, yakni dari angka 29% menjadi 57%, terkait optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global.
Meski demikian, 42% CEO masih melihat adanya perbaikan prospek ekonomi, walau menurun secara signifikan dari angka 57% pada 2018. Secara keseluruhan, pandangan CEO terkait pertumbuhan ekonomi global lebih terpolarisasi tahun ini, namun cenderung menurun.
Perubahan yang paling mencolok teramati di kalangan para CEO di Amerika Utara, di mana optimisme anjlok dari angka 63% pada tahun lalu menjadi 37%, yang ditengarai akibat memudarnya stimulus fiskal dan meningkatnya ketegangan perdagangan. Di Timur Tengah juga terjadi penurunan yang tajam dari 52% menjadi 28% akibat meningkatnya ketidakpastian ekonomi regional.
Penurunan optimisme CEO juga berdampak pada rencana pertumbuhan di luar negara mereka sendiri. Amerika Serikat nyaris kehilangan puncaknya sebagai pasar pertumbuhan teratas dengan 27%, merosot tajam dari angka 46% pada 2018.
Pasar kedua yang paling menggiurkan, Tiongkok juga mengalami penurunan popularitas ke angka 24% dari 33% pada tahun lalu. Secara keseluruhan, India sedang naik daun dalam daftar pasar paling menjanjikan tahun ini, baru-baru ini menyalip Tiongkok sebagai negara besar dengan pertumbuhan ekonomi tercepat.
"Pandangan para CEO tentang perekonomian global mencerminkan prospek ekonomi di negara-negara besar, yang sedang mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka untuk 2019," kata Bob Moritz, Global Chairman, PwC. "Dengan memanasnya suhu perdagangan dan meningkatnya proteksionisme, cukup beralasan untuk mengatakan bahwa optimisme memudar."
Optimisme pada pertumbuhan pendapatan jangka pendek ikut menurun drastis
Kegelisahan soal pertumbuhan ekonomi global menurunkan optimisme para CEO terhadap prospek perusahaan mereka sendiri dalam jangka pendek. 35% CEO berkata bahwa mereka sangat yakin prospek pertumbuhan organisasi mereka selama 12 bulan ke depan akan menurun dari 42% tahun lalu.
Berikut hasil survei dari masing-masing negara terkait optimisme CEO yang menggambarkan penurunan global tersebut.
1. Di Tiongkok, optimisme menurun dari 40% pada 2018 menjadi 35% tahun ini. Faktornya akibat ketegangan perdagangan, kebijakan tarif AS, dan melemahnya produksi industri.
2. Di AS, optimisme merosot dari 52% menjadi 39%, yang diakibatkan oleh ketegangan perdagangan dan perlambatan ekonomi.
3. Di Jerman, optimisme menurun dari 33% menjadi 20%, faktornya ialah ketegangan perdagangan, perlambatan ekonomi, dan risiko kekacauan Brexit.
4. Di Argentina, optimisme anjlok dari 57% menjadi 19%, akibat resesi dan jatuhnya nilai mata uang.
5. Di Rusia, optimisme menurun dari 25% menjadi 15%, penyebabnya ialah penurunan permintaan ekspor, fluktuasi nilai tukar mata uang, dan kenaikan angka pengangguran.
Untuk menggenjot pemasukan tahun ini, para CEO berencana, terutama untuk mengandalkan efisiensi operasional (77%) dan pertumbuhan organik (71%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: