Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penguatan Rupiah Rugikan Ekspor CPO di Sumut

Penguatan Rupiah Rugikan Ekspor CPO di Sumut Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Medan -

Bagi perekonomian Sumut, penguatan rupiah saat ini justru tidak sepenuhnya menguntungkan. Mengingat Sumut sangat bergantung kepada harga komoditas. Dimana penguatan Rupiah justru merugikan dari sisi ekspornya. Artinya nominal yang didapatkan dari CPO Sumut tidak akan optimal ditengah penguatan rupiah. 

Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, penguatan rupiah pada sesi perdagangan kemarin cukup mengejutkan pelaku pasar. Karena selama ini rupiah menguat terbatas dan cenderung berkonsolidasi dikisaran Rp14.000 hingga Rp14.200. Sentimen pemicu penguatan rupiah masih didominasi oleh sejumlah faktor eksternal.

"Walaupun sejauh ini saya lihat terjadi tren kenaikan dimana CPO diperdagangkan dikisaran 2.300 ringgit per tonnya. Meskipun sepertinya berkonsolidasi di level tersebut. Namun penguatan rupiah pada saat ini akan menekan harga sawit di tingkat petani," katanya, Jumat (1/2/2019).

Terlebih jika dibandingkan dengan harga CPO 3 hari lalu yang sempat menyentuh 2.327 ringgit per ton. Saat rupiah masih di kisaran Rp14.100-an. bandingkan dengan harga sekarang, dimana CPO di kisaran 2.299 ringgit per ton, sementara rupiah dikisaran Rp13.980-an per US Dolar.

Baca Juga: 6 Orang Ini Tajir Melintir Berkat Kelapa Sawit

"Yang disayangkan adalah harga karet, yang tidak mampu menembus level 200 Yen per Kg. Setelah sempat menyentuh 205 Yen per Kg, saat ini karet justru diperdagangkan dikisaran 182 yen per Kg," ujarnya.

Ditambah penguatan rupiah, jelas karet harganya kembali turun di tingkat petani, jika dibandingkan dengan harganya selama bulan Januari kemarin.

Baca Juga: Jika Terpilih, Sandiaga Mau Tanam Sawit 20 Juta Hektar?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: