Berdasarkan riset independen yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) pada 2017, diperoleh beberapa masukan mengenai penggunaan layanan antar makanan. Di antaranya 76% mitra UMKM Go-Food tidak melayani pengiriman sebelum menjadi mitra Go-Jek dan 70% mitra UMKM go online karena Go-Jek.
Baca Juga: Google, JD, dan Tencent Pimpin Fase Pertama Putaran Pendanaan Seri F Go-Jek
Perkembangan layanan antar makanan Go-Food dapat terlihat manfaatnya karena pelaku UMKM kini tidak harus menyewa tempat yang luas untuk meningkatkan omzet. Hal tersebut karena pelanggan dapat memesan makanan melalui Go-Food untuk kemudian diantarkan ke lokasi pelanggan.
Hal serupa dilakukan oleh Fikri, pelaku UMKM yang usahanya justru mengoptimalkan makanan yang dibawa pulang (take away) dan layanan antar makanan. Setelah bergabung dengan Go-Food, omzetnya meningkat dari sebelumnya maksimal Rp150.000 per hari menjadi stabil di kisaran Rp700.000-Rp1.000.000 per hari.
Ada beberapa faktor yang mendukung kondisi ini selain konsep makanan yang sesuai dengan selera pasar, termasuk di antaranya menyesuaikan tren makanan yang menjadi favorit masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan data kilas balik Go-Jek tahun lalu, ada 529 juta makanan dan minuman yang berhasil dikirimkan melalui layanan Go-Food, di mana ayam adalah menu yang paling banyak dipesan oleh pelanggan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: