Pria Ini Dirikan Platform Kencan Online Pertama di Negara Muslim, Alasannya Mulia Banget
“Where Romance Meets Finance” itu merupakan tagline mulia dari satu-satunya platform kencan di Malaysia, Sugarbook. Darren Chan, co-founder dan Kepala Eksekutif berusia 31 tahun itu berani membangun platform tersebut di Negara Muslim guna membantu mengurangi perceraian karena alasan keuangan.
"Tidak hanya saya yang mengalami hubungan yang rusak, tetapi saya juga menyaksikan teman, keluarga dan pernikahan berantakan karena satu alasan, yakni uang," kata Chan melansir dari laman Entrepreneur.com (14/2/2019).
Baca Juga: Gile! Berusia 27 Tahun, Wanita Ini Berhasil Dirikan Startup Valuasi $1 Miliar
Chan belajar pentingnya uang sejak dini. Dia dibesarkan keluarga sederhana asal Asia yang berorientasi pada karier di mana tingkat kemampuan finansial sering dianggap sebagai metrik kesuksesan.
Ketika ia bergerak maju, ia menemukan gairah untuk teknologi dan mendirikan Gigfairy, platform pemesanan musik live pertama Malaysia, yang kemudian diakuisisi oleh Tune Studios dari Grup AirAsia.
Selanjutnya, Chan pun memutuskan untuk terjun ke industri kencan online, seperti Tinder, Badoo dan Match.com. Namun, ia memutuskan untuk mendirikan platform yang berbeda dan berharap itu akan lebih unggul dari yang lainnya.
Baca Juga: Berawal dari Diet, Pria Ini Dirikan Bisnis Minuman yang Mengudara di Seluruh Penjuru Negeri
“Ketika saya menemukan serangkaian data yang menyarankan 40 persen orang memilih 'keuangan' sebagai kriteria No.1 yang mereka lihat sebelum memasuki hubungan apa pun, saya tahu kami telah menemukan ceruk pasar kami dan kami akan membangun sebuah platform dan komunitas untuk membantu menghubungkan orang-orang berdasarkan keuangan mereka,” katanya.
Menurut Chan, jenis kencan seperti ini adalah kencan yang modern. Menghindari tindak kejahatan dari kencan online yang marak beredar, Chan berupaya untuk membangun platform yang setiap anggotanya dapat jujut dan transparan tentang apa yang mereka inginkan dalam suatu hubungan.
“Jika kami memasarkan platform sebagai aplikasi Kencan Jujur, saya ragu kami akan dapat menarik anggota. Jadi kami mulai menamai anggota laki-laki kami Sugar Daddies, anggota perempuan kami Sugar Babies dan koeksistensi platform jejaring sosial terbesar Facebook, juga berkontribusi pada faktor ini, oleh karena itu kami putuskan untuk memberi nama, Sugarbook,” jelasnya.
Perjalanan Chan
Platform, yang tersedia di aplikasi mobile ini memiliki lebih dari 300.000 anggota dari 60 negara, sebagian besar dari Malaysia, AS, Singapura dan Filipina. Lebih dari 70 persen anggotanya adalah mahasiswa, ibu tunggal, dan janda cerai. Adapun "Sugar Daddies", mereka berkisar antara usia 30-55, dengan pendapatan tahunan rata-rata USD$150.000 hingga USD$300.000.
Baca Juga: Wow! Diberi Tugas Mandikan Kura-Kura, Pria Ini Digaji Rp37 Juta Tiap Bulan
Dalam perjalanannya itu, Sugarbook telah meraih banyak pendanaan. Misalnya tahun lalu, mereka mampu meningkatkan 15 kali lipat pertumbuhan, menaikkan angka enam digit dari investor yang dirahasiakan. Jumlah jelasnya pun belum diketahui.
Chan sekarang juga memiliki rencana ingin memperluas jangkauan platformnya itu, tidak hanya di pasar yang lebih besar, tetapi juga pasar yang lebih maju, seperti Hong Kong dan Bangkok.
Meraih kesuksesannya ini, Chan melewati perjalanannya yang tidak mudah. Ia butuh lebih dari empat bulan untuk bisa membayar sewa pertamanya kala itu.
“Saat itu, saya sering muncul di kafe lokal setiap hari dan mewawancarai setidaknya 30 pengembang setiap hari selama dua bulan. Semua orang yang saya wawancarai berpikir saya gila untuk memulai aplikasi kencan Sugar Daddy di Malaysia yang merupakan negara Muslim,” terangnya.
Pada saat itu, lebih dari 50 investor menolak idenya. Perjuangannya itu pun tidak sia-sia, akhir tahun lalu, ada seorang malaikat investor dengan latar belakang perbankan investasi dari salah satu perusahaan modal ventura terbesar Hong Kong datang membantunya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: