Generasi Z, mereka yang lahir di awal 2000 (ada juga yang menyebut generasi ini lahir mulai 1996 ke atas), saat ini tengah menggandrungi profesi spesialis data, seperti data scientist, business analyst maupun system analyst.
Survei terkini yang dilakukan Dell Technologies terhadap 723 pelajar sekolah menengah dan perguruan tinggi di Indonesia mengungkap, 60% dari mereka menginginkan pekerjaan yang terlibat dalam pengembangan teknologi, salah satunya data scientist.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kelompok calon pekerja baru ini memiliki keunggulan keterampilan teknologi dan data. Yang cukup mengejutkan adalah tingkat kematangan digital yang mereka bawa ke tempat kerja tergolong tinggi.
Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santoso menyatakan, salah satu daya tarik profesi ini adalah gaji, selain pelibatan diri mereka yang besar dalam pengembangan teknologi dan bisnis perusahaan. Penghasilan data scientist di Indonesia beragam dari level dan sektor industrinya. Untuk entry level misalnya, mulai dari Rp9 juta per bulan, sementara level senior bisa sampai Rp150 juta per bulan.
Baca Juga: Generasi Z Lebih Cocok Bangun Usaha Sendiri. Begini Menurut Penelitian
Baca Juga: Kaspersky Lab Kerja Sama dengan The Mix Bantu Generasi Z Hadapi Insecurity
Dari sisi industri, penghasilan industri teknologi dan telekomunikasi sekitar Rp125 juta per bulan, sementara di industri layanan keuangan Rp77 juta per bulan. Ada juga perusahaan seperti Go-Jek yang menerima data scientist dari level fresh graduate dengan gaji per bulan di atas Rp10 juta.
"Salah satu profesi dengan gaji termahal di Go-Jek itu data scientist dan cyber security. Bahkan, yang baru lulus bisa belasan juta karena memang ada shortage di situ. Kita, untuk content front end sudah banyaklah yang jago-jago, tapi di backend untuk kebutuhan profiling marketing misalnya, masih minim," kata dia.
Hal ini diamini Handry, lulusan sistem informasi Universitas Mercu Buana 2018 lalu. Menurutnya, ketimbang profesi programmer misalnya, teman seangkatan atau senior lebih mengincar profesi seperti data scientist, system analyst ataupun business analyst.
Hanya saja, umumnya calon pekerja harus menempuh pendidikan sarjana dengan jurusan kuliah yang bersifat teknikal, seperti IT, ilmu komputer, matematika, fisika atau sains terapan sebagai prasyarat.
"Gua sih prefer system analyst atau IT business analyst, tapi ya karena gajinya gede. Sama kayak data scientist lebih gede lagi gajinya, tapi dia yang kepake itu statistik, matematika, sama programming,” kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: